Nasional

Dua Hal Jadikan Organisasi Sulit Bangkit menurut KH Miftachul Akhyar

Jum, 25 Maret 2022 | 17:54 WIB

Dua Hal Jadikan Organisasi Sulit Bangkit menurut KH Miftachul Akhyar

Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar. (Foto: Suwitno/NU Online)

Tasikmalaya, NU Online
Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar menyampaikan dua hal yang jika menimpa suatu organisasi maka akan berdampak pada sulitnya untuk bangkit.


Hal ini disampaikannya pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PBNU dan Pengukuhan Lembaga dan Badan Khusus PBNU masa khidmah 2022-2027 di Gedung Aula Institut Agama Islam Cipasung (IAIC), Singaparna, Tasikmalaya, Jawa Barat, Kamis (24/3/2022).


"Ada dua hal yang manakala menimpa suatu kaum, suatu organisasi, menimpa kelompok atau komunitas maka kerugian dan kehancurannya tidak bisa kita bayangkan. Manakala sudah menimpa maka sulit  orang tersebut akan mampu bangkit kembali," katanya menjelaskan maqalah ulama.


Jika hal itu menimpa, maka organisasi atau kelompok itu akan jatuh hingga akhirnya menjadi merugi. Sebab, sifat dua hal tersebut dapat merusak sehingga berdampak pada kerugian.


Hal pertama yang membuat organisasi sulit bangkit adalah merasa single majority (paling besar sendiri). Suatu kelompok yang tidur di saat merasa mayoritas terbesar. Perasaan demikian, katanya, biasanya dialami organisasi atau kelompok orang yang sudah mapan.


"Kemapanan momok bagi kehidupan kita, momok bagi organisasi kita. Kalau orang sudah merasa mapan, organisasi sudah merasa mapan, tinggal kita lihat bagaimana erosi yang bakal dialami," jelas Rais 'Aam.

 


Kelompok ini, lanjut Kiai Miftach, berpikir bahwa dengan tiduran saja, semua hal bisa diselesaikan. Hal ini berdampak pada mandegnya laju organisasi sehingga tidak ada dinamika dan aktivitas yang berarti.


Hal kedua yang membuat kelompok organisasi sulit bangkit adalah kemunduran di saat bangsa lain sedang bangkit. Kemunduran suatu organisasi di saat organisasi lain sedang merapikan diri.


"Ini aneh. Bangsa lain sedang bangkit, dirinya malah mundur," kata Pengasuh Pondok Pesantren Miftachussunnah, Surabaya, Jawa Timur itu.


Oleh karena itu, kebesaran jumlah Nahdliyin dan Nahdliyat adalah nikmat yang besar. "Betapa kalau ini kita gunakan dengan produk-produk yang besar pula seimbang dengan kebesarannya, saya yakin kaum lain, organisasi lain, yang lainnya akan memberikan hormat dan penghormatan-penghormatan selanjutnya akan kita terima," ujarnya.


Kiai Miftach juga dalam kesempatan tersebut membuka secara resmi Rakernas PBNU yang diikuti oleh seluruh pengurus PBNU, mulai jajaran syuriyah, tanfidziyah, hingga lembaga dan badan khusus.


Pewarta: Syakir NF
Editor: Muhammad Faizin