Nasional

Dubes Turki Kunjungi PBNU, Singgung Konflik Israel-Palestina

Rab, 11 Oktober 2023 | 21:15 WIB

Dubes Turki Kunjungi PBNU, Singgung Konflik Israel-Palestina

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) dan Dubes Turki untuk Indonesia Prof Talip Küçükcan saat bertemu di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Rabu (11/10/2023). (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menerima kunjungan Duta Besar (Dubes) Turki untuk Indonesia Prof Talip Küçükcan di Kantor PBNU Jalan Kramat Raya 164, Senen, Jakarta Pusat pada Rabu (11/10/2023). 


Pada pertemuan tersebut, Dubes Talip Küçükcan beserta rombongan diterima langsung oleh Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya didampingi oleh Wakil Ketua Umum PBNU Amin Said dan Wakil Sekretaris Jenderal PBNU Ahmad Ginanjar Sya'ban.


Ginanjar mengatakan, dalam pertemuan tersebut, Gus Yahya dan Dubes Talip menyinggung kemelut yang terjadi di antara Israel dan Palestina. Keduanya berharap agar konflik di wilayah tersebut bisa segera berakhir.


"Terkait isu konflik Israel dan Palestina, (Gus Yahya dan Dubes Talip) berharap agar konflik ini segera berakhir," kata Ginanjar di Kantor PBNU. 


Dikatakan juga, bahwa Indonesia dan Turki dalam kapasitasnya sebagai negara Muslim besar memiliki peran signifikan di dunia internasional. Turki berada di wilayah Eropa dan Asia, sedangkan NU berada di wilayah Asia.


Ginanjar menyebut bahwa Dubes Talip mengungkapkan kekagumannya juga perasaan respeknya terhadap Nahdlatul Ulama sebagai organisasi sosial keagamaan terbesar yang berbasis dan ada di Indonesia. 


Nahdlatul Ulama, sambungnya, memiliki peran penting dan juga posisi yang strategis baik dalam negeri maupun dunia internasional. NU mampu hadir sebagai lokomotif bagi beberapa inisiatif seperti dialog antar agama, inisiatif perdamaian dan sebagainya. 


"Duta besar Turki juga memuji menyatakan kesannya bahwasannya saya seakan-akan berada di hadapan filsuf besar pada abad ini. Karena itu, beliau sangat senang mendengarkan apa yang diungkapkan Ketum PBNU dan terhadap NU secara umum," ungkap Pengajar di Fakultas Islam Nusantara Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta itu.


Dubes Talip menilai, NU telah menjadi model yang baik karena di satu sisi NU adalah organisasi keagamaan dengan basis ideologinya adalah muslim tradisional, tetapi di sisi lain juga terdepan dalam merespons isu-isu kontemporer. Artinya, NU mampu menjadi entitas yang berhasil memadukan tradisionalisme juga dengan modernisme. 


Selain itu, Ginanjar menjelaskan bahwa Dubes Talip juga mengungkapkan beberapa kemungkinan kerja sama antara Turki dengan NU dalam berbagai bidang, khususnya bidang keagamaan. 


"Karena, di Turki juga terdapat beberapa organisasi keagamaan yang dirasa penting untuk saling sharing terkait kebijakan pengalaman dan juga inisiatif NU di Indonesia ini," pungkas ahli pernaskahan ulama Nusantara itu.