Nasional

Genap Berusia 69 Tahun, Ini Kiprah Rais ‘Aam PBNU KH Miftachul Akhyar

Kam, 30 Juni 2022 | 19:00 WIB

Genap Berusia 69 Tahun, Ini Kiprah Rais ‘Aam PBNU KH Miftachul Akhyar

KH Miftachul Akhyar, Rais 'Aam PBNU mengabdi di NU sejak muda. (Foto: istimewa)

Jakarta, NU Online 
Hari ini, Kamis (30/6/2022), Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar genap berusia 69 tahun. Kiai Miftach lahir pada 30 Juni 1953 adalah putra Pengasuh Pondok Pesantren Tahsinul Akhlaq Rangkah KH Abdul Ghoni. Ia merupakan anak kesembilan dari 13 bersaudara.


Sejak muda, Kiai Miftach sudah mengabdi di Nahdlatul Ulama. Pengalaman inilah yang kemudian menghantarkannya dipercaya untuk menempati posisi strategis di kepengurusan NU. Ia pernah menjabat sebagai Rais Syuriyah PCNU Surabaya 2000-2005, Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur 2007-2013, 2013-2018 dan Wakil Rais ‘Aam PBNU 2015-2020 yang selanjutnya didaulat sebagai Pj. Rais 'Aam PBNU 2018-2020.


Dan puncaknya pada 2021, Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya ini dipilih oleh Tim Ahlul Halli wal Aqdi (Ahwa) Muktamar Ke-34 Nahdlatul Ulama di Lampung sebagai Rais ‘Aam PBNU periode 2022-2027.


Selain di Nahdlatul Ulama, Kiai Miftach juga menjabat sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat periode 2020-2025 hasil Munas Ke-10 MUI. Namun sesuai dengan amanah dari Tim Ahwa agar tidak merangkap jabatan, maka Kiai Miftach mengajukan pengunduran diri dari Ketua Umum MUI.


Perjalanan pendidikan Kiai Miftach sangat diwarnai dengan dunia pesantren. Berdasarkan catatan Pengurus Wilayah Lembaga Ta’lif wa Nasyr NU (LTNNU) Jawa Timur, Kiai Miftach pernah menimba ilmu di berbagai pesantren besar di Jawa Timur. Di antaranya adalah di Pondok Pesantren Tambak Beras, Pondok Pesantren Sidogiri (Jawa Timur), Pondok Pesantren Lasem Jawa Tengah. Ia juga tercatat pernah mengikuti Majelis Ta'lim Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Makki Al- Maliki di Malang, tepatnya ketika Sayyid Muhammad masih mengajar di Indonesia.


Maka tak heran, sanad dan keilmuan inilah yang menjadikannya sangat dalam dalam penguasaan ilmu-ilmu agama. Sampai-sampai Syekh Masduki Lasem kagum dan menjadikan Kiai Miftach sebagai menantunya.


Perjalanan hidupnya di waktu kecil saat belajar di pesantren, ia kisahkan kepada NU Online melalui video yang diunggah di Kanal Youtube NU Online. Pendidikan pesantren yang ditempuhnya sempat vakum setelah ia mondok di Sidogiri. Namun setelah itu, ia melanjutkan pendidikan ke Pesantren Lasem.


“Alhamdulillah sampai tiga tahun dan 74 saya pulang,” jelas Kiai Miftach.


Setelah itu ia ingin melanjutkan pendidikan ke Makkah, namun Allah berkehendak lain karena Kiai Miftach jatuh sakit selama satu tahun. Di saat kondisi sakit inilah, Allah menakdirkannya menikah.


Dalam kiprah berkhidmah kepada umat melalui pesantren, Kiai Miftach mengawalinya dengan membuka pengajian di kediaman rumah sang kakek di Kedung Tarukan. Dari situlah kemudian ia merintis Pesantren Miftachus Sunnah di kampung yang terkenal sejak lama menjadi daerah yang tidak ramah pada dakwah para ulama. 


Namun dengan dalamnya ilmu, akhlak, dan kesederhanaan Kiai Miftah, akhirnya kesan negatif dari daerah tersebut bisa hilang.


Selamat hari lahir ke-69 KH Miftachul Akhyar. Barakallah...


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan