Nasional

Guru Besar UI Jelaskan Fungsi Alutsista yang Dibahas Capres di Debat Ketiga

Rab, 10 Januari 2024 | 17:30 WIB

Guru Besar UI Jelaskan Fungsi Alutsista yang Dibahas Capres di Debat Ketiga

Ilustrasi tank, salah satu alutsista untuk pertahanan di darat. (Foto: freepik)

Jakarta, NU Online

Alat utama sistem senjata (alutsista) menjadi salah satu hal yang dibahas oleh para calon presiden (capres) pada acara debat ketiga yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Istora Senayan, Jakarta, Ahad (7/1/2024) lalu. 


Pada debat ketiga itu, capres nomor urut 01 Anies Rasyid Baswedan dan capres nomor urut 03 Ganjar Pranowo mengkritik kebijakan pembelian alutsista bekas oleh Kementerian Pertahanan (Kemenhan) di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto, capres nomor urut 02. 


Menanggapi itu, Guru Besar Bidang Sejarah Maritim Universitas Indonesia (UI) Profesor Susanto Zuhdi menjelaskan fungsi alutsista. Prof Zuhdi mengatakan bahwa Indonesia sebagai negara yang besar, luas, dan bergam harus memperkuat alutsistanya dengan cara apa pun.


"Betul bangsa kita ini disebut bangsa yang besar, wilayahnya luas, potensi alam yang hebat. Masih banyak ketergantungan-ketergantungan jadi itu bukti kita (belum) memiliki kekuatankan (sebagai bangsa besar)," katanya kepada NU Online, Rabu (10/1/2024).


Prof Zuhdi menerangkan bahwa Indonesia merupakan negara besar yang memiliki garis panjang pantai nomor dua terpanjang di dunia. Sebagai negara kepulauan, ia meminta agar TNI mampu memperkuat militernya sebagai fungsi dasar untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).


"Jadi alutsistanya harus dibenahi, kita harus punya peringkat (dari) berapa armada laut (di dunia) harus menjaga laut pulau-pulau seperti apa, begitu," tegasnya.


Selain laut, kekuasaan Indonesia bisa dihitung dengan luas udaranya, sehingga Prof Zuhdi juga menyebutkan bahwa kekuatan militer dan alutsista yang banyak dapat menjaga pertahanan udara Indonesia.


"Udaranya juga kita perlu kawal udara kita. Bukan cuma tanah dan air, tanah air (Indonesia) memang cuma tanah dan air, tetapi udara kita perlu udara bebas bisa mengatur diri kita, mengawasai pulau yang begitu banyak," terangnya.


Prof Zuhdi bercerita bahwa pada tahun 1960-an, Indonesia kekuatan militer dengan alursista yang banyak telah merajai laut, darat, dan udara sehingga Indonesia pada waktu itu cukup disegani oleh negara-negara di Asia dan Australia.


"Kita harus bisa jaya kembali di laut dan menguasai udara. Tahun 1960-an awal kita merajai bukan hanya di Asia Tengah, tapi Asia. Australia juga sempat ketar-ketir itu ya. Alat-alat persenjataan kita untuk merebut Irian Barat itu, wah itu kita ditakuti," kenangnya.


Berikutnya, Prof Zuhdi juga menyampaikan agar pertahanan negara harus seimbang antara darat, laut, dan udara. Akan tetapi menurut Prof Zuhdi, hal yang harus menjadi bahasan serius adalah soal armada laut yang belum berimbang dengan darat. Padahal Indonesia adalah negara kepulauan.


"Kapal selam kita berkurang, armada laut kita (sekarang) berorientasi ke darat padahal negara kita ini negara kepulauan dengan laut yang lebih luas. Angkatan laut harus lebih dominan untuk mengatur ini, atau seimbang lah paling tidak," terangnya.