Nasional

Gus Ali Ceritakan Ketawadu'an Imam Nawawi

Jum, 13 Januari 2023 | 09:30 WIB

Gus Ali Ceritakan Ketawadu'an Imam Nawawi

Wakil Rais Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim, KH Agoes Ali Masyhuri (Gus Ali) saat menceritakan ketawadhu'an Imam Nawawi. (Foto: Tangkapan layar Youtube NU Online)

Jakarta, NU Online

Wakil Rais Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim, KH Agoes Ali Masyhuri (Gus Ali) menceritakan ketawadhu'an Imam Nawawi yang diberi gelar sebagai seorang yang menghidupi agama, namun Imam Nawawi membenci gelar itu.


"Karena kerendahan hatinya, ia tidak mau diberi gelar tersebut," paparnya dalam tayangan Youtube NU Online: Kehebatan Imam Nawawi, Karya Tulisnya Mendunia Tapi Tawadhunya Luar Biasa unggahan Ahad (8/1/2023).


Hal itu, kata Gus Ali, berkebalikan dengan orang-orang zaman sekarang. "Terkadang orang yang sudah pernah haji ketika diundang oleh tetangganya dengan tanpa adanya gelar haji maka ia akan marah dan tidak mau datang," ujarnya.


Gus Ali membeberkan Imam Nawawi memiliki karya-karya di antaranya adalah Riyadlus Solihin, Arba’in Nawawi, Minhaj Syarah Sohih Muslim dan masih banyak lagi. Saking banyaknya kitab yang dikarang, jika tidak ada barakah di dalam umurnya maka tidak akan cukup untuk menulis semua karya-karya tersebut.


"Tidak perlu sampai mengarang untuk menulis karya-karyanya yang sebanyak itu, tidak akan cukup apabila tidak mendapatkan umur yang barakah karena sangat tidak logis umur Imam Nawawi yang hanya 45 tahun tapi karyanya sangatlah banyak," tuturnya.


Dalam artikel NU Online: Imam Nawawi, Ulama Besar yang Hidup Membujang disebutkan, konon Imam Nawawi juga diakui sebagai seorang Wali Qutub. Al-Habib Umar bin Abdurrahman al-Athas (termasuk wali Qutub Hadramaut) pernah menitip pesan untuk Syekh Ali Baros (penyususn Ratib Al-Athas), supaya membaca kitab Minhaj karya Imam Nawawi. Sebab, penulisnya adalah seorang wali Qutub dan yang membacanya mendapat jaminan futuh (terbuka pikirannya).


Salah satu karamah yang dimiliki Imam Nawawi adalah jarinya bisa mengeluarkan cahaya saat sedang menulis, sebagai penerang kala mati lampu. Hal demikian juga dimiliki oleh Imam Rafi’i, tapi bukan jarinya yang bercahaya, melainkan pohon yang berada di sampingnya.


Imam Nawawi termasuk salah satu ulama yang tidak menikah alias jomblo. Kita bisa menemukan ketegasan prinsip beliau dalam bagian pembuka kitab Al-Majmu' (kitab komentar dari kitab Al-Muhadzzab). Dalam kitab itu, Imam Nawawi secara tegas menyatakan dukungan atas 'mazhab jomblonya'. Dengan mengutip beberapa argumen ulama. Seperti Al-Khatib al-Bagdadi (ulama ahli hadis dan sejarawan) yang berpesan sebagai berikut:


, يستحب للطالب أن يكون عزبا ما أمكنه، لئلا يقطعه الاشتغال بحقوق الزوجة، والاهتمام بالمعيشة، عن إكمال طلب العلم.

 

Artinya, "Seorang penuntut ilmu dianjurkan untuk menjomblo sebisa mungkin. Agar fokus belajarnya tidak terganggu oleh kesibukan rumah tangga dan repot mencari nafkah." (lihat Al-Majmu’ Syarah al-Muhadzzab, juz 1, hal. 35).


Kontributor: Afina Izzati
Editor: Kendi Setiawan