Nasional

Gus Baha Jelaskan Fiqih Keseharian bagi Sopir dan Ojek Online

Sen, 3 April 2023 | 17:15 WIB

Gus Baha Jelaskan Fiqih Keseharian bagi Sopir dan Ojek Online

Rais Syuriyah PBNU, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha. (Foto: Dok. istimewa)

Jakarta, NU Online

Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha menjelaskan fiqih keseharian yang harus diketahui oleh masyarakat yang bekerja di angkutan online.


Menurutnya, fiqih dasar yang harus diketahui pekerja di angkutan online yaitu melakukan ibadah wajib seperti shalat secara profesional. Tidak terlalu lama, apalagi ada penumpang yang menunggu untuk diantar.


"Bab shalat untuk ojek online, shalatnya jangan terlalu lama, karena ditunggu penumpang. Nabi pernah menegur Mu'adz karena shalatnya lama. Saya tugasnya mengingatkan bagian fiqihnya," jelas Gus Baha pada pengajian bersama ojol Jawa Tengah dan Yogyakarta di LP3IA, Narukan, Rembang seperti dikutip dari YouTube Official LP3IA, Senin (3/2/2023).


Gus Baha menambahkan, masalah fiqih selanjutnya yang harus diperhatikan masyarakat yang bekerja sebagai sopir atau pengendara online yaitu ikut melakukan amar ma'ruf nahi munkar di jalan.


"Ojek online juga harus membuat suasana nyaman bagi pengguna jalan, semisal ada kecelakaan menolong pertama, ketika melihat pemerkosaan langsung menolong, menggagalkan pencurian. Kata nabi, kamu kalau di jalan, harus berkontribusi amar ma'ruf nahi mungkar," imbuh Gus Baha.


Kata Gus Baha, hal berikutnya yang harus diperhatikan yaitu tidak menjadikan pekerjaan profesional sebagai wadah untuk melakukan maksiat kepada Allah atau memudahkan seseorang dalam melakukan maksiat kepada Allah.


Di fiqih Islam ada istilah, perangkat taat ke Allah dihukumi bagian dari ibadah, perangkat maksiat kepada Allah dihukumi maksiat. Ketika dalam bekerja sebagai sopir online dan digunakan untuk mengantarkan narkoba dan ganja maka dihukumi maksiat.


"Sehingga di ilmu medis, atau jasa online seperti ojek online dan pekerja paket profesional, apakah boleh bawa paket narkoba? Ya tentu jawabannya tidak boleh. Ketidakbolehannya bukan karena pekerjaannya, tapi karena paket yang diantar adalah sesuatu yang haram," tegas Gus Baha


Begitu juga ketika ada lelaki hidung belang menanyakan lokasi mesum dan sopir online tersebut menunjukkan lokasi tempat mesum, kalau dikasih tahu, bearti ikut menunjukkan dan ikut berkontribusi serta dosa. 


Sama halnya juga ketika mengantar untuk mempermudah seseorang bermaksiat. Contoh di fiqih yaitu menjual pedang pada begal yang tidak boleh, karena digunakan untuk yang tidak baik. Merugikan orang lain.


Ini tidak berlaku hanya pada angkutan atau jasa online saja, semua hal kebaikan juga bisa kena. Jika disalahgunakan. Semua kena hukum. Ada orang ingin jadi kiai, tapi tidak pernah ngaji. Tidak tahu hukum, najis saja tidak paham. Itu kasihan umat, ada penyelewengan.


"Fiqih dasar ini harus kamu tahu dulu, sehingga turunan dari fiqih ini paham. Karena fiqih harus selesai dulu. Hukum ini berlaku untuk semuanya, termasuk kiai. Kamu tidak usah tersinggung," kata Gus Baha.


Gus Baha mengingatkan, meskipun harus berbuat baik dan mencegah terjadinya maksiat, seorang pengendara sepeda motor online maupun sopir mobil online tidak perlu meneliti atau menelusuri kehidupan pribadi penumpangnya.


Tujuan tidak membantu orang maksiat agar orang yang mau maksiat dipersulit fasilitasnya, sebab ada ketaatan pada Allah di transportasi. Ini bentuk membantu negara. Awal dari ketidakbaikan di negara itu melakukan maksiat. Maksiat itu mengganggu. 


Seringkali, suami bertengkar dengan istri banyak dikarenakan maksiat, kecelakaan disebabkan maksiat, konsumsi alkohol, overdosis obat, efek dari narkoba membuat membunuh jadi mudah karena tidak ragu. 


"Kita tidak boleh meneliti penumpang, yang tidak boleh diantar itu yang jelas kamu tahu ia akan melakukan maksiat. Kalau tidak yakin, maka tidak haram. Tidak boleh juga sok suci. Semisal ngantar orang yang mau transaksi narkoba, transaksi maksiat, tapi yang yakin akan melakukan maksiat," pinta Gus Baha


Dalam hemat Gus Baha, ketika sopir online tidak mengantarkan penumpang yang mau bermaksiat, maka secara tidak langsung sudah menciptakan sebuah kultur jika kebaikan tugas bersama. Kebaikan harus jadi kultur bersama. 


Kultur baik tersebut dimulai dari mental setiap individu yang takwa kepada Allah, selanjutnya menciptakan sistem sosial yang baik. Dengan menciptakan orang shaleh ada di mana-mana, di kendaraan online ada orang shaleh dan pedagang juga shaleh. 


"Ketika di setiap sudut jalan banyak orang baik, orang jahat akan minggir. Urusan kebaikan jadi urusan bersama," tambah Gus Baha.


Gus Baha juga meminta sopir dan pengendara online tidak berkecil hati dengan jenis pekerjaannya. Karena apapun pekerjaannya, ketika masih memiliki Allah di hatinya, tidak ada yang perlu disesali.


Gus Baha lalu mengutip pesan Imam Ghazali, ketika tidak ada nikmat yang dimiliki maka datanglah ke kuburan, lalu pikirkan bahwa kenikmatan hidup di dunia adalah kenikmatan yang diinginkan oleh orang yang sudah meninggal dunia. Untuk memperbaiki kesalahannya selama hidup dulu. 


Maknanya, selama masih hidup, apapun pekerjaannya seseorang masih punya kenikmatan yang luar biasa. Masih diberikan anggota tubuh yang lengkap, kesehatan dan teman baik, keluarga itu juga nikmat.


"Apapun masalah hidup Anda, ingatlah bahwa Anda punya kenikmatan yang tidak tertandingi yaitu hidup. Berkahnya hidup kita bisa taubat. Jangan miskin hati dalam pekerjaan, kita harus ingat sisi nikmatnya," jelas Gus Baha.


Kontributor: Syarif Abdurrahman

Editor: Fathoni Ahmad