Nasional

Gus Dur, Buya Syafi'i, Cak Nur; Beda Pendapat Satu Tujuan 

Sab, 18 Maret 2023 | 18:00 WIB

Gus Dur, Buya Syafi'i, Cak Nur; Beda Pendapat Satu Tujuan 

Ketua PBNU, Alissa Qatrunnada Wahid (Alissa Wahid) dalam Refleksi Kebangsaan bertema Spirit Guru Bangsa Cak Nur, Gus Dur, dan Buya Syafi'i dalam Aspek Bernegara Masa Kini di Djakarta Theater, Jalan MH Thamrin Nomor 9, Jakarta Pusat, Sabtu (18/3/2023). (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Alissa Qatrunnada Wahid atau Alissa Wahid menyampaikan cendikiawan Muslim Indonesia seperti Nurcholis Madjid (Cak Nur), KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dan Ahmad Syafi’i Ma’arif (Buya Syafi’i) merupakan tiga tokoh bangsa yang berbeda dalam pandangan namun disatukan dengan tujuan yang sama. 


Hal ini disampaikannya saat menjadi pembicara penanggap dalam Refleksi Kebangsaan yang mengusung tema Spirit Guru Bangsa Cak Nur, Gus Dur, dan Buya Syafi'i dalam Aspek Bernegara Masa Kini di Djakarta Theater, Jalan MH Thamrin Nomor 9, Jakarta Pusat, Sabtu (18/3/2023).


"Car Nur, Gus Dur, dan Buya Syafi’i tidak selalu sependapat, tapi beliau setujuan. Dan prinsip perjuangannya selaras. Beliau bertiga ini tidak takut berbeda pandangan," ungkap Alissa Wahid.


Alissa menilai, tiga guru bangsa tersebut bukan hanya pemikir. Lebih dari itu, mereka merupakan individu penggerak yang manfaat dari perjuangannya dirasakan hingga generasi muda saat ini.


"Tidak hanya berpikir, tapi juga bergerak dan menggerakkan. Itu yang bagi saya berbeda," kata putri sulung Gus Dur itu. 


Alissa menilai, gagasan dan pemikiran para tokoh tersebut bisa menembus berbagai generasi bukan tanpa sebab. Integritas dan kredibilitas masing-masing tokoh terhadap gagasan yang dibawa soal kemaslahatan umat dan preferensi sosial kultural membawa nama ketiganya harum meski jasadnya telah tiada. 


"Kenapa pikirannya didengar? Karena integritasnya betul-betul tampak. Ini yang kita kurang. Ini kalau kata Buya Syafi’i Indonesia surplus politisi, minus negarawan," kata Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian itu. 


Soal integritas tersebut, membuat Alissa melihat bahwa kini terjadi kekosongan para tokoh dengan karakteristik serupa. 


"Ini sekarang kita kekurangan yang mampu menggerakkan. Pemikir banyak, tapi yang menggerakkan kekurangan. Karena untuk menggerakkan dibutuhkan kredibilitas. Without integrity no one listens. Without trust no one follows," paparnya.


Acara yang digelar oleh Sumbu Kebangsaan merupakan kolaborasi inisiatif antara Nurcholish Madjid Society, Jaringan Gusdurian, dan Maarif Institute menghadirkan sederet pembicara antara lain Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Amin Abdullah, Dewan Pembina Nurcholish Madjid Society Yudi Latif. 


Selain itu, sesi talkshow diisi oleh Perwakilan Mulia Raya Foundation Musdah Mulia, Direktur Jaringan Gusdurian Alissa Qatrunnada Wahid, Direktur Program Maarif Institut Moh Shofan, Ketua Lakpesdam PBNU Ulil Abshar Abdalla, dan Direktur Perpustakaan dan Kebudayaan Universitas Islam Internasional Indonesia Syafiq Hasyim.


Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Kendi Setiawan