Nasional HAUL KE-13 GUS DUR

Gus Dur dalam Kacamata Tokoh Lintas Agama

Ahad, 18 Desember 2022 | 21:00 WIB

Gus Dur dalam Kacamata Tokoh Lintas Agama

Gus Dur. (Ilustrasi: NU Online)

Jakarta, NU Online

Sejumlah tokoh lintas agama menyampaikan testimoni melalui tayangan video dalam Haul ke-13 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Ciganjur, Sabtu (17/12/2022) malam. Mereka adalah Rohaniawan Katolik Frans Magnis Suseno, Pengurus Pusat Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) Budi Tanuwibowo, Sedulur Sikep Gun Rotno, dan Tokoh Masyarakat Sunda Wiwitan Dewi Kanti.


Rohaniawan Katolik Frans Magnis Suseno mengenang Gus Dur sebagai sosok yang bisa membicarakan hal-hal keagamaan dengan begitu mengesankan, dan meskipun seorang muslim tulen tetapi pikirannya terbuka.


"Saya selalu merasa dekat dengan beliau, kami bisa membicarakan hal-hal keagamaan yang bagi saya begitu mengesankan. Gus Dur itu di satu pihak seorang muslim tulen, di lain pihak sama sekali terbuka, dan di situ saya ketemu dengan suatu Islam yang mengesankan, sangat positif pada saya," ujarnya.


Frans mengatakan bahwa sebelumnya, Katolik tidak memiliki banyak hubungan dengan Nahdlatul Ulama. Namun, sejak Gus Dur menjadi ketua umum, Katolik bisa berhubungan dengan Nahdlatul Ulama. Sementara perasaan Katolik kepada Nahdlatul Ulama bukan hanya aman, tetapi akrab.


Tak jauh berbeda, Ketua Umum Pengurus Pusat Matakin Budi Tanuwibowo mengenang Gus Dur sebagai sosok yang tampil vokal dalam membela Konghucu.


"Suatu ketika ada utusan golongan, Konghucu nggak mendapat. Kemudian Gus Dur meminta saya untuk demo, kamu di depan nanti saya di belakang. Ternyata ketika dengan wartawan segala macam, beliau yang malah tampil di depan, lebih membela, lebih vokal ketimbang kami-kami yang waktu itu terus terang masih takut-takut," ujarnya.


Salah satu kalimat Gus Dur yang masih diingat oleh Budi Tanuwibowo adalah "Matakin bagi saya adalah mataku, dan orang yang mau menyakiti Matakin akan berhadapan dengan saya."


Sementara itu Gun Rotno dari Sedulur Sikep mengenang ketika Gus Dur terpilih menjadi Presiden, Sedulur Sikep diundang ke Istana. Lalu ketika Isu Buloggate menyerang Gus Dur, dari Sedulur Sikep berdoa agar Gus Dur mengatasi masalah tersebut.


"Bahwa yang namanya jujur, berani, itu memang banyak rintangannya. Hampir secara dekat, sedulur-sedulur sikep komunikasi, tahu harus berbuat apa, dan memposisikan apa saat itu," ungkapnya.


Berbeda dengan Rotno, Tokoh Masyarakat Sunda Wiwitan Dewi Kanti mengenang Gus Dur sebagai sosok yang mampu menemukan titik temu antara kemanusiaan dan kebangsaan.

"Sebagai hubungan persahabatan yang berbasis pada titik temu kemanusiaan, dan kebangsaan saya kira. Mengapa demikian? Karena basis yang kami perjuangkan sesuai dengan ajaran leluhur kami, ada nilai kemanusiaan, dan spirit kebangsaan. Di situlah Gus Dur juga melihat apa yang menjadi perjuangan kami, ada titik temu dengan beliau yah," ujarnya.


Ia juga melihat Gus Dur sebagai sosok dalam garda terdepan ketika melihat ketidakadilan, dan Gus Dur dengan sangat memahami bagaimana nilai-nilai tradisi sebenarnya menjadi jembatan titik temu antara agama, dan tradisi.


Kontributor: Malik Ibnu Zaman
Editor: Syakir NF