Nasional

Catatan untuk Orang Tua Saat Akan Memondokkan Putra-Putrinya

Sel, 11 Januari 2022 | 16:30 WIB

Catatan untuk Orang Tua Saat Akan Memondokkan Putra-Putrinya

Ilustrasi santri.

Jakarta, NU Online
Tokoh muda Nahdlatul Ulama KH Yusuf Chudlori (Gus Yusuf) memberi catatan bagi umat Islam khususnya warga dan pengurus Nahdlatul Ulama saat akan memondokkan putra-putrinya di pesantren. Catatan ini menjadi panduan agar para orang tua tidak menyesal ke depannya karena  tidak selektif dan ceroboh dalam memilih pesantren yang akan menjadi tempat pendidikan agama para putra-putrinya.

 

Di era saat ini, para orang tua harus benar-benar tahu dengan mencari informasi dari sumber yang benar tentang silsilah atau sanad keilmuan yang dimiliki pengasuh dan guru-guru pesantren di dalamnya. Hal ini sangat penting karena akan menentukan keberkahan ilmu yang didapat oleh putra-putrinya.

 

Selain itu sangat penting juga para orang tua untuk memondokkan putra-putrinya di pesantren berpaham Ahlussunah wal Jamaah. Pondok pesantren yang mengajarkan pemahaman agama yang moderat (rahmatan lil alamin), mendidik etika dan kedamaian dalam kehidupan. Bukan yang membawa misi memberontak pada Negara Kesatuan Republik Indonesia.

 

"Carilah pondok pesantren yang tidak melawan negara, dan senantiasa setia dengan Pancasila," kata Pengasuh Pondok Pesantren Asrama Pelajar Islam (API) Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah ini melalui akun di Facebooknya, Selasa (11/1/2022).

 

Menurut Gus Yusuf saat ini sudah mulai banyak berdiri pondok-pondok pesantren di luar NU sehingga warga dan pengurus NU harus benar-benar paham pesantren mana yang tepat untuk menitipkan putra-putrinya belajar agama. “Kiainya NU apa bukan? Pesantrennya NU apa bukan?. Itu harus jelas,” tegasnya.

 

Gus Yusuf mengingatkan bahwa Nahdlatul Ulama lahir dari pesantren dan NU menghidupkan ilmu-ilmu di pondok pesantren. Sehingga menghidupkan pesantren adalah sama dengan menghidupkan Nahdlatul Ulama. Menurutnya benteng pertahanan terakhir aqidah Ahlussunah wal Jamaah An-Nahdliyah adalah pondok pesantren. Selama warga NU masih mau menitipkan putra-putrinya di pondok-pondok pesantren NU maka menjadi tanda semakin besarnya Nahdlatul Ulama.

 

Maka menurutnya sudah menjadi kewajiban setiap warga NU terlebih pengurus NU untuk memondokkan anak-anaknya di pondok NU. “Maka menjadi omong besar (saja), dan Nggedebus (bohong besar) jika pengurus NU yang mengatakan akan mengurus NU tapi putranya tidak dipondokkan. Itu namanya nggedebus,” tegasnya.

 

Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Aiz Luthfi