Nasional HAUL GUS DUR

Gus Dur itu Sang Pembela Sejati

Sel, 23 Desember 2014 | 14:32 WIB

Jakarta, NU Online
Haul kelima KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) digelar di kantor Dewan Pengurus Pusat Partai Kebangkitan Bangsa Jl Raden Saleh Jakarta Pusat, Selasa (23/12). Acara yang digelar di lantai 4 tersebut berlangsung meriah.
<>
Acara bertajuk “Gus Dur adalah Kita” ini menghadirkan beberapa narasumber antara lain Juru Bicara Presiden Gus Dur KH Yahya Cholil Staquf, Wasekjen PBNU Abdul Mun'im DZ, Budayawan Arswendo Atmowiloto, pelawak Kirun dan Tarsan, serta Dosen Antropologi Pascasarjana STAINU KH Agus Sunyoto.

Acara yang dimoderatori mantan Ketum PB PMII Abdul Malik Haramain ini berlangsung seru menyusul lontaran joke-joke Gus Dur yang disampaikan para pembicara.

Sebelumnya, Muhaimin Iskandar menyampaikan pidato selaku Ketua Umum PKB dalam rangka Haul Kelima Gus Dur. Sejumlah kegiatan yang dijadwalkan tiga hari, 23-25 Desember 2014, diselenggarakan untuk memperingati lima tahun wafatnya tokoh NU, pendiri PKB dan juga Presiden keempat Indonesia KH Abdurrahman Wahid atau yang lebih akrab dipanggil Gus Dur itu.

“Perjuangan Gus Dur sangat berarti bukan hanya buat PKB, namun juga bagi bangsa ini. Ya, kalau mau dirunut, cita-cita dan gagasan Gus Dur itu punjer-nya, basisnya adalah manusia. Untuk terus menjadikan pikiran, perjuangan dan pengalaman Gus Dur sebagai rujukan. Karena beliau masuk ke ruang-ruang di mana semua kita ada,” ujar Cak Imin.

Orang yang paling tertindas, lanjutnya, pernah merasa dibela Gus Dur. Orang kaya dan orang besar bahkan pernah dibela Gus Dur. “Saya bahkan tidak pernah mengira, Gus Dur yang sangat anti terhadap Pak Harto, ternyata juga membela Pak Harto. Ini sesuatu yang tidak kita sangka,” ungkapnya.

Senada dengan Cak Imin, Arswendo Atmowiloto yang pernah dibela Gus Dur soal berita di Tabloid Monitor pun menilai mantan Ketua Umum PBNU tiga periode ini pembela sejati. “Bagi saya, Gus Dur mungkin bukan wali. Ya, Gus Dur lebih tinggi dari itu. Aslinya, sampai sekarang pun saya yakin beliau itu dewa. Cuma nyamar jadi kiai,” ujar Arsendo disambut tepuk tangan hadirin.

Bagi dia, ukuran kemanusiaan yang disempatkan kepada Gus Dur tidak semuanya tepat. “Saya nggak habis pikir, bahwa apa untungnya membela saya. Toh saya nggak kenal dekat dengan Gus Dur. Bahkan gara-gara membela saya, Gus Dur disidang para kiai,” ucapnya. (Musthofa Asrori/Mukafi Niam)