Nasional NGAJI RAMADHAN

Gus Mus: Dunia Jangan Jadi Tujuan Hidup

Ahad, 6 Juli 2014 | 10:02 WIB

Rembang, NU Online
Wong saiki seneng ngopeni urusan amal-amal sak durunge mati, lali amal-amal ba’dane mati (Orang sekarang suka mengurusi urusan amal-amal sebelum mati, lupa dengan amal-amal setelah mati).
<>
Demikian disampaikan KH A Mustofa Bisri saat mengisi pengajian pasanan kitab Riyadhus Shalihin, di Pondok Pesantren Raoudlatut Thalibin, Rembang, Jawa Tengah, Jumat malam (5/07).

Terkait masalah kelalaian manusia akan akhirat, kiai yang akrab disapa Gus Mus ini menjelaskan bahwa dunia adalah salah satu hal yang dapat membuat orang lupa kepada Allah, bahkan sampai berlebihan mencintai dunia.

Bagi Gus Mus, sekarang banyak pejabat memiliki mobil dan uang melimpah, tapi masih saja melakukan korupsi. Ada pula masyarakat yang mengaku sebagai orang miskin sehingga ketika ada bantuan-bantuan ia datang.

Gus Mus menyindir orang seperti itu sebagai orang fakir karena masih ‘butuh’ dengan memakan uang rakyat. “Itu akar masalahnya, karena pada rebutan dunia bukan rebutan surga,” ujar kiai yang sudah banyak menerbitkan buku tentang keislaman, kumpulan esai, puisi, cerpen dan humor ini.

Gus Mus membenarkan bahwa mencintai persoalan duniawi sangat menyakitkan hati,  bahkan sebagai sumber keterpurukan Indonesia. “Makanya,  dunia dipandang apa adanya, jangan jadi tujuan hidup,” pesannya.

Dicontohkan, kiai zaman dahulu mampu bertakwa dengan sangat sungguh-sungguh, walaupun pekerjaannya hanya petani. Hidupnya makmur karena dicukupi Allah. “Coba takwa, nanti dapat rizki yang tidak terduga-duga,” tuturnya dalam pengajian yang dihadiri ratusan santri dan masyarakat umum.

Untuk itu, Rais Aam PBNU ini berpesan supaya meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Takwa memang sangat sulit, karena harus melaksanakan semua perintah Allah, dan meninggalkan semua larangan Allah. “Berjalan menuju Allah ibarat berjalan di atas jalan yang banyak ranjaunya,” tambahnya.

“Makanya mintalah kepada Allah supaya diberi petunjuk, ketaqwaan, kehormatan diri, dan tidak butuh dengan dunia lagi,” tegas pengasuh Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin ini.

Selama pengajian kitab Ramadhan ini, Gus Mus membacakan empat kitab, yakni Kimiyaus Sa’adah, Idhatun Nasyiin, Burdah Al-Bushiry, dan Riyadhus Shalihin. Khusus kitab Riyadhus Shalihin yang dilaksanakan usai shalat tarawih, dalam beberapa kesempatan kemarin, selalu ramai dihadiri masyarakat sekitar. Pengajian Riyadhus Shalihin ini juga bisa disimak secara online di Radio NU dengan mengklik radio.nu.or.id. (Muhammad Zidni Nafi’/Mahbib)