Nasional

Gus Yusuf Ungkap Keistimewaan Shalawat Jibril

Kam, 6 Oktober 2022 | 10:00 WIB

Gus Yusuf Ungkap Keistimewaan Shalawat Jibril

Pengasuh Pondok Pesantren API Tegalrejo Magelang, KH Yusuf Chudlori (kiri). (Foto: istimewa)

Jakarta, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren API Tegalrejo Magelang, KH Yusuf Chudlori menjelaskan bahwa di zaman akhir ini penting bagi umat Muslim melantunkan Shalawat Nabi. Menurutnya segala macam permasalahan dapat diredakan dengan membaca shalawat. Dengan bershalawat seseorang akan mendapati hati yang tenteram dan damai, serta pikiran yang luas dan jernih.


"Zaman sekarang, segala permasalahan solusinya adalah membaca shalawat, berkah shalawat sangat luar biasa," ungkap kiai yang akrab disapa Gus Yusuf dalam tayangan video Berkah Maulid Nabi diunggah pada Selasa (4/10/22).


Gus Yusuf mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw merupakan musabbibul asbab, yaitu sebab adanya manusia, sebab adanya dunia, dan adanya surga disebabkan Allah menciptakan Nabi Muhammad. 


"Ketika Nabi Adam berada di surga, ia merasa heran karena di setiap dinding terukir nama yang indah, yaitu lafadz 'Allah' dan sebelah kirinya ada lafadz 'Muhammad,' sehingga Nabi Adam bertanya: 'Wahai Allah, Muhammad itu siapa?' Lalu Allah menjawab: 'Wahai Adam jangan cemburu, Muhammad itu kekasih-Ku, Muhammad itu calon nabi akhiruzzaman. Seandainya aku tidak menciptakan Muhammad maka aku tidak akan menciptakan kamu Adam," cerita Gus Yusuf.


"Allah menciptakan manusia karena Allah sudah menyiapkan calon pemimpin umat yaitu Muhammad, surga dengan segala keindahnya diciptakan, karena Allah sudah menyiapkan penghuninya yaitu Muhammad," Imbuhnya.


Karena itu, menurut Gus Yusuf, jika seseorang ingin masuk surga harus ikut perintah Allah melalui Rasulullah. Menurutnya sertifikat tunggal surga atas Nama Muhammad saw, umat Muslim hanya numpang dan mengharapkan pertolongannya di hari kiamat.


"Kita hanya nebeng maka yang diharapkan oleh kita adalah syafaat Rasulullah, pertolongan Nabi di hari kiamat. Tanpa syafaat beliau dan welas asih Allah akan berat," tandasnya. 


Gus Yusuf bercerita, pada saat Nabi Adam bertanya kepada Allah tentang Nabi Muhammad, Siti Hawa mendengar pembicaraan tersebut, sehingga Siti Hawa mengetahui kekasih Allah.


"Siti Hawa sudah mengetahui siapa itu kekasih Allah, jadi ketika Nabi Adam melamarnya, ia meminta mahar berupa puji-pujian kepada Nabi Muhammad. Namun, pada saat itu Nabi Adam bingung bagaimana lafadz puj-pujian tersebut. Lalu Allah memerintahkan Malaikat Jibril untuk menyampaikan puji-pujian tersebut kepada Nabi Adam," tuturnya.


Puji-pujian yang diajarkan Malaikat Jibril kepada Nabi adam berbunyi Solallahu ala Muhammad. Gus Yusuf menjelaskan karena alasan itulah shalawat tersebut dinamakan Shalawat Jibril, yaitu lafadz shalawat tertua yang pertama kali diucapkan Nabi Adam melalui Malaikat Jibril.


"Shalawat Jibril itu shalawat tertua yang dibacakan Nabi Adam dan Malaikat Jibril di surga untuk maharnya Siti Hawa, karena sejarah itulah makanya sering disebut shalawat manten," tandasnya.


Gus Yusuf juga menambahkan bahwa Shalawat Jibril memiliki keistimewaan yang luar biasa, salah satunya melancarkan rezeki seseorang.


"Jadi pas saya sowan (silaturahim) ke Kiai Anwar Mansur Lirboyo, terus saya mau pulang dan pamit, sama Kiai Anwar dikasih pesangon. Kiai berkata pada saya: "Mau pulang kamu Le? Dikasih sangu (bekal) tapi kamu kudu (harus) istiqamah mengamalkannya," cerita Gus Yusuf.


Sangu yang dimaksud oleh Kiai Anwar adalah membaca 1000 kali Shalawat Jibril. Menurutnya jika shalawat tersebut rutin diamalkan setiap malam maka seseorang tidak akan kehabisan uang.


"Kiai Anwar mengatakan: Asal kamu istiqamah membaca Shalawat 1000 kali, hidupmu tidak akan kekurangan uang, itu shalawat duit. Bacalah 'Shalallahu ala Muhammad' setiap malam bacalah 1000 kali," ungkap Gus Yusuf.


Amalan tersebut sudah dirasakan oleh Gus Yusuf, selain memperlancar rezeki, orang yang membaca shalawat akan merasakan ketentraman hati serta pikiran yang terang dan jernih.


"Berkah shalawat itu luar biasa, kalau cuma permasalahan ekonomi lewat, yang penting merasakan hati yang tentrem (tenteram) dan ayem (damai), pikiran luas dan jernih," tutupnya. 


Kontributor: Siti Maulida
Editor: Kendi Setiawan