Nasional

Alumni Pesantren Tak Mau Kumpul-Kumpul seperti ‘Kimpul’

Sel, 17 Mei 2022 | 17:30 WIB

Alumni Pesantren Tak Mau Kumpul-Kumpul seperti ‘Kimpul’

Pengasuh Pesantren Asrama Pelajar Islam (API) Tegalrejo Magelang, Jawa Tengah KH Yusuf Chudlori. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online
Pengasuh Pesantren Asrama Pelajar Islam (API) Tegalrejo Magelang, Jawa Tengah KH Yusuf Chudlori mengingatkan keluarga besar pesantren khususnya para alumni untuk tetap menjaga silaturahmi sesama pesantren dan alumni. Hal ini bisa diwujudkan dengan membuat perkumpulan atau organisasi dan menggelar berbagai macam kegiatan koordinasi dan komunikasi seperti pertemuan alumni.


Gus Yusuf mengingatkan agar para alumni tidak berjalan sendiri-sendiri dalam berkhidmah saat berada di tengah-tengah masyarakat. Para alumni harus dalam satu barisan dan memiliki ikatan. Jika ada alumni sebuah pesantren tidak mau kumpul-kumpul maka akan seperti kimpul (talas).


“Tahu Kimpul, Pak? Kimpul itu keras dan bikin gatal,” katanya mengutip perumpamaan yang ia kutip dari KH Chudlori pendiri Asrama Pelajar Islam (API)Tegalrejo Magelang sekaligus ayahandanya dalam video di Gus Yusuf Channel, Senin (16/5/2022).


Ia menyebut banyak manfaat dari berkumpul bersama teman-teman alumni lainnya di antaranya tidak mudah kagetan dan terbawa arus perubahan zaman yang sangat cepat. Ia pun mengingatkan bahwa pesantren saat ini berada di tengah tantangan yang berat. “Kita menghadapi ancaman Wahabi, menghadapi ancaman liberalisasi,” ungkapnya.


Dengan kondisi zaman seperti ini, jika pesantren tidak bersinergi satu sama lainnya melalui komunikasi dan koordinasi, maka bisa menimbulkan kondisi cerai berai. Oleh karenanya di Jawa Tengah sudah ada sebuah wadah bernama Persatuan Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Kaffah (P4SK) sebagai sarana memperkuat barisan pesantren.


RMI wadah Pesantren NU
Selain perkumpulan, organisasi, dan komunitas pesantren yang diinisiasi oleh para pengasuh, alumni, dan santri pesantren, NU sendiri memiliki wadah resmi sebuah lembaga bagi berkumpulnya pesantren berhaluan Ahlussunah wal Jamaah. Lembaga pesantren NU ini bernama RMINU yang merupakan singkatan dari Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama. Asosiasi pesantren NU ini bertugas melaksanakan kebijakan NU di bidang pengembangan pondok pesantren dan pendidikan keagamaan.


Pada 20 Mei mendatang, RMINU akan genap berusia 68 tahun. RMINU Lahir pada 20 Mei 1954 dengan nama awalnya adalah Ittihad Ma'ahid Islamiyah atas prakarsa KH Achmad Sjaichu dan KH Idham Chalid.


Tujuan-tujuan dibentuknya RMINU adalah: (1) Menciptakan masyarakat pesantren yang mempunyai kemampuan dalam melakukan tata kelola pesantren yang maju dan berkeadilan demi kemaslahatan bersama; (2) Menciptakan masyarakat pesantren yang mempunyai kemampuan sebagai agen transformasi dan perubahan sosial berdasarkan nilai-nilai luhur kepesantrenan dan menciptakan jaringan serta kerja sama antarpesantren.


Di sinilah peran RMINU sebagai katalisator, dinamisator, dan fasilitator dalam pengembangan pesantren yang saat ini telah memiliki sekitar 14.000 pesantren NU jaringan dan jutaan pesantren.


Adapun para Ketua RMI dari masa ke masa adalah: KH Ahmad Siddig, KH Mahrus Aly, KH Achmad Sjaichu, KH Masykur, KH Najib Wahab, KH A. Wahid Zaini (1979-1994), KH Aziz Masyhuri (1994-2004), KH Mahmud Ali Zain (2004-2010), KH Amin Haedari (2010-2015), dan KH Abdul Ghaffar Rozin (2015-2021), KH Dian Nafi (2022-2027).


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan