Nasional

Gusdurian-INFID Cetak Pemuda Toleran untuk Jadi Fasilitator Keberagaman

Sen, 3 Juli 2023 | 07:30 WIB

Gusdurian-INFID Cetak Pemuda Toleran untuk Jadi Fasilitator Keberagaman

Direktur INFID Iwan Misthohizzaman saat menyampaikan materinya pada sebuah pelatihan yang melibatkan para pemuda di Yogyakarta. Kegiatan digelar Jaringan Gusdurian bekerja sama dengan INFID Sabtu-Senin (1-3/7/2023). (Foto: NU Online/Aru Elgete)

Jakarta, NU Online 
Jaringan Gusdurian bekerja sama dengan International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) menggelar pelatihan guna mencetak pemuda toleran untuk menjadi fasilitator keberagaman.


Kegiatan itu dilangsungkan di Yogyakarta pada Sabtu-Senin (1-3/7/2023) dengan menggunakan modul Youth Camp 'Muda Toleran' dan diikuti 30 peserta. Seluruh peserta yang dipilih itu berasal dari alumni Youth Camp 2022, Youth Fellowship INFID, dan Jaringan Gusdurian. 


Melalui rilis yang diterima NU Online, Direktur Eksekutif INFID Iwan Misthohizzaman mengatakan bahwa keberagaman memiliki banyak makna positif. Belajar tentang keberagaman sejak dini, menurutnya, dapat menumbuhkan rasa menghargai terhadap berbagai bentuk perbedaan.


Rasa menghargai itu, lanjut Iwan, dapat muncul lebih awal dan bertahan lebih lama. Ia berharap, orang-orang muda yang hadir sebagai peserta pelatihan dapat menjadi fasilitator yang bermanfaat untuk menciptakan lingkungan yang toleran, dengan penggerak dari orang-orang muda yang menjadi sasaran para fasilitator.


“Adanya orang-orang muda yang meyakini toleransi dan menghargai keberagaman akan menjadi investasi jangka panjang yang dapat menjadi sumbangsih penting bagi Indonesia yang damai di masa depan,” kata Iwan. 


Sementara itu, Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan Gusdurian Jay Akhmad menekankan peran penting fasilitator selama pelatihan berlangsung. Para peserta kelak akan menjadi fasilitator di komunitasnya masing-masing.


Bahkan, Jay berharap mereka bisa memainkan peran yang kuat dalam menjaga tradisi perdamaian dan keadilan di tengah kondisi keberagaman Indonesia yang sedang tidak baik-baik saja.


"Mengapa keadilan itu penting? Karena substansi perdamaian adalah keadilan itu sendiri,” ujar Jay Akhmad yang juga menjabat sebagai Direktur Pelaksana Yayasan Bani Abdurrahman Wahid itu.


Sebagai informasi, para peserta pelatihan merupakan pemuda yang memiliki semangat untuk berkontribusi dalam memajukan kerukunan dan menghargai keberagaman di Indonesia.


Kegiatan tersebut bertujuan untuk menyiapkan pemuda yang mampu menjadi fasilitator keberagaman dengan pemahaman tentang Modul Youth Camp 'Muda Toleran' 2023 yang lebih komprehensif. 


Peserta pelatihan ini diharapkan mampu mempromosikan keberagaman di komunitasnya dan berkontribusi secara aktif dalam upaya mewujudkan perdamaian yang berkeadilan. 


Hal tersebut sejalan dengan komitmen INFID dan Jaringan Gusdurian untuk mendukung dan mendorong terciptanya masyarakat yang inklusif, beragam, dan toleran di Indonesia. 


Adapun Modul Youth Camp 'Muda Toleran' yang digunakan dalam pelatihan ini memiliki beberapa topik dan tujuan yang lebih spesifik. 


Modul tersebut bertujuan untuk mengenalkan peserta pada keberagaman sosial, meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan sekitar, menghindari prasangka, memahami keadilan sosial melalui cara pandang Gus Dur, dan mampu menganalisis fenomena sosial menggunakan teori U-Process.


Selain fokus pada nilai-nilai toleransi, empati dan kesetaraan, modul ini juga menerapkan empat prinsip dalam proses penggunaannya; yaitu stop diskriminasi, stop pelecehan seksual, stop kekerasan berbasis gender, dan stop kekerasan seksual.


Kemudian, para fasilitator pelatihan ini merupakan orang-orang yang berpengalaman dan kompeten di bidang isu keberagaman. 


Mereka antara lain Anggota Tim Pengembangan Penggerak dan Komunitas Sekretariat Nasional Jaringan Gusdurian Wahyuni Della Sari, serta Marleni Adiya dan Faizi Raziqi sebagai tim fasilitator Jaringan Gusdurian. 


Pelatihan ini juga melibatkan beberapa narasumber yakni Siti Munawaroh dari Tim Jaringan dan Advokasi Jaringan Gusdurian yang berbagi pengalaman seputar dasar fasilitasi, teknik, metode, dan media fasilitasi. 


Sementara Jay Ahmad berbagi wawasan terkait paradigma fasilitator Jaringan Gusdurian serta pengalamannya sebagai fasilitator.


Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Syamsul Arifin