Nasional

Habib Luthfi bin Yahya Sinar bagi Seluruh Umat

Ahad, 10 Januari 2021 | 14:30 WIB

Habib Luthfi bin Yahya Sinar bagi Seluruh Umat

Penulis buku 'Cahaya Dari Nusantara' Habib Muhdor (Foto: NU Online/Wasdiun)

Tegal, NU Online

Kekaguman seorang santri Habib Luthfi bin Ali Yahya yang dituangkan dalam sebuah buku mengibaratkan sosok beliau sebagai Cahaya. Yakni cahaya kemurnian yang mampu menembus dinding tebal sehingga mampu menyinari umat, siapapun dan apapun yang ada di muka bumi. 

 

"Kehadiran Habib Luthfi bisa membuat rindu semua orang tanpa batas dan bahkan mereka mengaku dekat dengannya," ungkap penulis buku 'Cahaya Dari Nusantara' Habib Muhdor Ahmad Assegaf saat membedah buku tersebut di Kedai Nyong Cofee, Jalan Jeruk Procot Slawi, Tegal, Jateng, Sabtu (9/1) sore.

 

Dikatakan, cahaya itukan lepas, bisa menembus dinding, pohon, manusia, dan sebagainya. "Sosok Habib Luthfi itu bagai cahaya yang menyinari lahir batin, yang menyinari siapapun, apapun," ujarnya.

 

Dirinya berharap, kehadiran buku yang dia tulis bisa menjembatani untuk mengenal sosok beliau terutama orang-orang jauh yang tidak bisa berinteraksi langsung dengan Habib Luthfi. Apapun profesinya lanjut Habib Muhdor, bisa meneladani Habib Luthfi dari berbagai sisi. Bukan hanya dari pemahaman sisi thariqah tapi juga sisi yang lain, karena benar-benar sebagai pengayom umat.

 

"Beliau seorang ulama yang memandang manusia dengan pandangan kasih sayang, siapapun orangnya," tegas Habib Muhdor.

 

Menurutnya, Indonesia sangat beruntung memiliki Habib Luthfi dan dia berdoa semoga Allah SWT menumbuhkan generasi-generasi seperti sosok beliau. 

 

Habib Muhdor mengaku menjadi santri Habib Luthfi sejak tahun 2000 yang selanjutnya menjadi abdi Dalem. Sehingga dengan gampangnya menulis beliau meskipun banyak sekali santri-santri yang lebih senior.

 

"Buku ini tiada lain atas karamah Habib Luthfi juga, dan saya yakin kalau semua santri beliau mau menulisnya akan menjadi berpuluh puluh buku. Karena Habib Luthfi juga figur kolektif dengan lautan keilmuan yang luar biasa," papar Habib Muhdor.

 

Dia menceritakan, untuk menulis buku tersebut melalui proses pengumpulan data  selama 15 tahun. Sedangkan untuk penulisan hanya sekitar 7 bulanan. "Ini juga salah satu berkah Covid-19, karena kekosongan waktu tidak lagi intens mendampingi beliau," selorohnya yang  disambut tawa hadirin.

 

Habib Muhdor memaparkan, ada 5 isi penting yang termaktub dalam buku setebal 440 halaman itu. Pertama, alasan Habib Muhdor bisa menulis detail Habib Lutfi karena dia memposisikan diri selaku sekretarisnya. Kedua, contoh-contoh kedekatan Habib Luthfi dengan berbagai kalangan terutama dengan TNI, Polri dan tokoh-tokoh lintas agama.

 

"Ketiga, menjadi saksi sejarah dengan mengikuti kemanapun Habib Luthfi menebar kebaikan. Keempat, melihat haliah yakni hal-hal unik dari Habib Luthfi,  seperti bagaimana dia menerima tamu, ketika sakit, resep kesehatan, privasinya, foto-foto yang terpajang dan lain sebagainya," ungkapnya.

 

Kelima lanjutnya, catatan ngaji dan catatan ceramah-cersmah Habib Luthfi. di berbagai daerah. "Semua yang saya tulis adalah penggambaran yang akan hilang begitu saja, kalau tidak dicatat, tidak ditulis," ungkap Habib Muhdor.

 

Bedah buku yang digagas Pengurus Cabang (PC) Lembaga Ta'lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU) Kabupaten Tegal dan Mahasiswa Ahlit Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah (Matan) Tegal itu dipandu Dani Zakaria.

 

Bedah buku mendatangkan pembanding Budayawan Pantura Atmo Tan Sidik dan Ketua Klenteng Slawi Apau Tanujaya. Pembanding Apau Tanujaya hanya menceritakan kesaksian mengenal Habib Luthfi selama 5 tahun terkahir.

 

"Pada Mei 2015, Klenteng Slawi merayakan ulang tahun seabad. Saya, merasa terkejut ketika diingatkan Habib Luthfi untuk memberi waktu kepada Rais PCNU Kabupaten Tegal KH Khambali Usman untuk memberi sambutan, padahal tidak masuk dalam rundown acara. Teguran Habib Luthfi yang disampaikan secara halus menyadarkan hati saya, yang ternyata terlalu ego," ungkapnya.

 

Lagi, pada awal 2019 di suatu acara, Habib Luthfi nguwongke antara pendeta dan ketua klenteng agar duduk sejajar dengan beliau. Bagi Apau, Habib Luthfi yang juga penggagas dan pendorong pendirian Forum Silaturahmi Nusantara yang beranggotakan lintas agama. 

 

"Jangan berbicara masalah perbedaan agama di Forum Silaturahmi Nusantara. Karena agama sudah final pada keyakinan masing-masing," kenang Apau.

 

Apau mengakui kalau Habib Luthfi itu bukan hanya milik umat Islam, tapi milik warga bangsa. Apau merasa kalau Habib Luthfi tidak memberi nasehat tapi dalam benak Apau, justru mendapatkan nasehat dari beliau.

 

Budayawan Pantura Atmo Tan Sidik menilai buku Cahaya Dari Nusantara tidak berkapasitas catatan akhir, tapi akan terus berkelanjutan. Kelemahan buku tersebut di endorsmennya hanya menampilkan orang-orang thariqah.

 

Ketua Panitia Fahrul Ihsa menjelaskan, bedah buku bisa menjadi temu kangen seorang santri lewat media buku. Meski jauh tapi dekat karena kehadiran sebuah buku.

 

Selain di Kedai Nyong Cofee, acara serupa juga akan digelar di Kedai Konangan Balapulang dan Masjid Agung Kab Tegal. 

 

"Mudah-mudahan, rasa rindu pada Habib Luthfi bisa terobati lewat bedah buku ini," pungkasnya. 

 

Kontributor: Wasdiun
Editor: Abdul Muiz