Nasional

Hadapi Cuaca Ekstrem, Mensos Imbau Warga Tingkatkan Kewaspadaan

Rab, 29 November 2017 | 12:30 WIB

Surabaya, NU Online
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa dalam kunjungannya meninjau korban terdampak puting beliung di Desa Tambak Rejo Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo mengimbau masyarakat di Pulau Jawa dan sekitarnya mewaspadai cuaca ekstrem akibat Siklon Tropis Cempaka. 

"Cuaca ekstrem dapat mengakibatkan berbagai bencana di antaranya banjir, tanah longsor, banjir bandang, angin puting beliung, atau pohon tumbang dan sebagainya. Untuk itu saya mengimbau masyarakat agar meningkatkan kewaspadaannya  dan berhati-hati," katanya, Selasa petang (28/11). 

Sebagaimana diketahui telah terjadi angin puting beliung yang memporakporandakan sekira 618 rumah warga di kelurahan Tambak Rejo, Kecamatan Waru, Sidoarjo pada Rabu petang (22/11). Setelah kejadian, sebanyak 21 Kepala Keluarga mengungsi di Pesantaren Madrasah Ibtidaiyah Darul Ulum sebanyak 21 KK.

Dalam kunjungan tersebut Mensos menyerahkan santunan kematian kepada ahli waris korban meninggal atas nama Djukarmi sebesar Rp15.000.000 dan korban luka atas nama Azizah sebesar Rp2.500.000 ,  permakanan dan familiy kit. Suasana tampak haru saat Khofifah menyerahkan bantuan sembako kepada para ibu di pengungsian. Beberapa ibu tampak menitikkan air mata saat Mensos merangkul dan menguatkan mereka. 

Mensos mengajak mereka agar bersabar karena harus mengungsi sampai proses perbaikan rumahnya selesai. Mensos juga sangat memahami kesedihan dan kekhawatiran pengungsi, sebab anak-anak mulai menghadapi ujian akhir semester yang membutuhkan ketenangan belajar, sementara rumah mereka telah porak-poranda akibat angin puting beliung. Khofifah sangat mengapresiasi kegotong royongan masyarakat dan dunia usaha yang langsung membangun kembali rumah  yang rusak akibat puting beliung tersebut.

Dikatakan Khofifah, bencana alam dapat  mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi masyarakat. Kerugian tersebut tidak hanya berupa hilangnya harta benda semata namun bisa berakibat jatuhnya korban jiwa.

"Untuk itu saya mengimbau kepada semua elemen relawan, lebih khusus kepada  dinas sosial propinsi maupun kabupaten/kota  agar secara kontinyu  memberikan 'early warning' kepada masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana agar mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dalam penanggulangan bencana. Sehingga mereka dapat melakukan tindakan-tindakan darurat yang diperlukan bilamana terjadi bencana. Dengan demikian risiko jatuhnya korban jiwa dapat ditekan," tegasnya.

Khofifah juga meminta jajaran TAGANA  agar aktif kordinasi dan turun langsung  di lapangan untuk mensosialisasikan di wilayah masing-masing tentang kondisi cuaca terkini, memantau dan menyisir wilayah-wilayah khsususnya yang rawan bencana. 

Mensos juga mendorong peran kampung siaga bencana agar relawan terlatih ikut membantu meringankan daerah terdampak.

Kemensos saat ini menyiagakan  35.766 dan 5300 diantaranya TAGANA psikososial . Personel TAGANA yang tersebar di seluruh Indonesia saat ini   siap digerakkan guna membantu evakuasi dan penanganan korban bencana alam akibat cuaca ekstrem. Selain Tagana juga telah disiagakan Sahabat Tagana yang kini berjumlah 63.140 personel. Kemensos sendiri telah melakukan jambore kesiapsiagaan nasional  bulan Oktober lalu di Tomohon-Sulawesi Utara.

Seperti diketahui Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengumumkan agar masyarakat di Pulau Jawa dan sekitarnya mewaspadai kemunculan cuaca ekstrem. 

Pusat Peringatan Dini Siklon Tropis BMKG (Tropical Center Warning Center/TCWC) pada Senin (27/11) pukul 19.00 WIB mendeteksi siklon tropis yang tumbuh sangat dekat dengan pesisir selatan Pulau Jawa dengan nama "Cempaka".

Adanya Siklon Tropis Cempaka di wilayah Perairan sebelah Selatan Jawa Tengah mengakibatkan perubahan pola cuaca disekitar lintasannya. Dampak yang ditimbulkan adanya siklon tropis Cempaka berupa: Potensi Hujan Lebat di Wilayah Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.

PKH Akses

Selain mengunjungi korban puting beliung Sidoarjo, Mensos juga membuka review validasi data keluarga penerima manfaat (KPM) PKH di Surabaya. 

Dalam arahannya Mensos mengungkapkan berdasarkan data di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) risiko korban bencana alam menjadi jatuh miskin bisa mencapai 80 persen. Untuk itu Kemensos menyiapkan PKH Akses mulai April 2017, yaitu PKH yang disiapkan untuk mereka yang terdampak bencana alam.

"Ini meeupakan  hasil pembahasan program perlindungan sosial secara internasional bagaimana melakukan pemulihan sosial ekonomi masyarakat  akibat   risiko bencana. Akhirnya kita adaptasi dalam PKH Akses sejak April 2017. Pemerintah Daerah dapat mengusulkan 
warga yang terdampak, kemudian di validasi agar masuk dalam penerima  program  perlindungan  Sosial," tutur Khofifah. 

Untuk itu, lanjutnya, jajaran tim Bencana Alam Kemensos menyisir korban bencana yang 'Jamila' atau Jadi Miskin Lagi akibat terdampak bencana alam agar mereka bisa mendapatkan bantuan sosial Program Keluarga Harapan (PKH). 

"Harapannya dengan bantuan sosial PKH mereka  dapat bangkit kembali dan  terangkat dari kemiskinan," katanya. (Red: Fathoni)