Nasional

Hindari Narasi Kebencian di Tengah Wabah Corona

Sel, 24 Maret 2020 | 22:30 WIB

Hindari Narasi Kebencian di Tengah Wabah Corona

Ilustrasi ujaran kebencian

Jakarta, NU Online

 

Di tengah maraknya wabah korona, masyarakat Indonesia terutama umat Islam diminta agar tidak terjebak dalam narasi kebencian yang sektarian. Sebab narasi tersebut dapat memecah belah kesatuan antara masyarakat.

 

Hal itu diungkapkan Pengasuh Ponpes Al-Mizan Ciborelang, Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat Maman Imanulhaq. Ia mengatakan narasi kebencian semacam ini sama bahayanya atau bahkan bisa lebih berbahaya dari pada corona itu sendiri.

 

“Virus kebencian ini lebih bahaya daripada Covid-19,” tegas kang Maman di Jakarta beberapa waktu lalu. Untuk itu, ia mengajak umat Islam agar jangan terjebak politik identitas yang mengeksploitasi sentimen fanatisme identitas. Apalagi fenomena ujaran kebencian, fitnah dan berita palsu sangat identik dengan gerakan politik identitas.

 

“Mereka berselancar di atas itu sentimen fanatisme keagamaan yang dibungkus dengan narasi kebencian, sesuatu yang bertolak belakang dengan subtansi agama Islam sebagai agama damai yang mendorong umatnya menyebarkan kedamaian,” jelasnya.

 

Ujaran kebencian ini kerap muncul di percakapan masyarakat terutama di media sosial karena adanya informasi yang salah atau hoaks. Organisasi yang bergerak di penanganan hoaks, Mafindo berhasil mengungkap beberapa misinformasi yang terkait dengan wabah corona yang terngah marak saat ini.

 

Di antara hoaks yang diungkapkan Mafindo adalah informasi yang menyatakan bahwa ‘Prabowo Subianto membeli Alat Pelindung Diri dari Cina dengan uang pribadinya’ yang diunggah akun Facebook Bambang Irawan Al Akbar atau @bambang.irawanalakbar.5 pada, Selasa (24/3).

 

Dalam bantahannya, Mafindo merujuk situs kemhan.go.id dengan artikel berjudul “Menhan Prabowo Subianto Serahkan Bantuan Alkes dari Tiongkok Untuk Rumah Sakit Rujukan Penanganan Covid-19”, yang menjelaskan bahwa Kementerian Pertahanan (Kemhan) bersama Mabes TNI sukses menggelar operasi Bantuan Kemanusiaan (Humanitarian Aid) guna membawa alat-alat kesehatan dari Tiongkok untuk membantu Indonesia melawan penyebaran Virus Corona (COVID-19) di Tanah Air.

 

Misinformasi tersebut sempat beredar di dalam percakapan WhatsApp Group dan menimbulkan sentimen terhadap media yang dianggap tidak memberitakan hal tersebut.

 

Informasi lain yang beredar di masyarakat dan berhasil diklarifikasi Mafindo adalah informasi rekrutmen relawan Covid-19 di Wisma Atlit yang konon akan diberikan gaji sebesar Rp6 juta. “Berdasarkan hasil penelusuran, diketahui bahwa informasi tersebut tidak benar,” jelas Mafindo dalam akun facebook Masyarakat anti Fitnah Indonesia.

 

Informasi hoaks lainnya yang berhasil ditanggulangi Mafindo adalah kerusuhan di Inggris akibat kebijakan lockdown. Dalam sebuah yang beredar di media sosial disebutkan rakyat yang mulai kelaparan lalu bertindak menjadi brutal dan melakukan penjarahan akibat kebijakan lockdown.

 

Dalam keterangan Mafindo yang berdasarkan hasil penelusurannya, disebutkan bahwa unggahan video Facebook tersebut adalah hasil dari potongan video yang dinarasikan ulang yang berasal dari laman Youtube berjudul “Peckham Riot & Looting – 8 August 2011” yang diunggah pada 10 Agustus 2011 dengan akun bernama “peckhamriots” yang dipotong pada menit 0:43—6:13.
 

Mafindo menegaskan, kerusuhan tersebut merupakan kerusuhan yang disebabkan oleh matinya seorang warga lokal Tottenham, London bernama Mark Duggan yang ditembak oleh polisi pada 4 Agustus 2011. Peristiwa tersebut dikenal dengan nama “London Riots”.

 

Dalam keadaan demikian, Kang Maman mengajak masyarakat Indonesia dan umat Islam pada umumnya untuk lebih hati-hati dalam menerima informasi. “Karena itu, umat Islam harus tampil sebagai ummatan wasathan yang toleran, adil dan cerdas untuk mendorong terwujudnya peradaban manusia yang beradab dan damai,” pungkas kang Maman.

 

Hingga Rabu 25 Maret 2020, kasus virus korona di seluruh dunia mencapai 415.115 kejadian dengan angka kematian mencapai 18.562 dan 108.296 di antaranya dinyatakan sembuh. Di Indonesia sendiri, kasus tersebut mencapai 686 kasus dengan 55 penderita meninggal dunia dan 30 di antaranya dinyatakan sembuh.

 

Editor: Ahmad Rozali