Nasional

Ideofak, Kekuatan Arkeologi Islam (1)

Kam, 2 Oktober 2014 | 00:24 WIB

Subang, NU Online
Untuk menelusuri dan merekonstruksi sejarah, salah satu perangkat yang dibutuhkan adalah artefak. Artefak sendiri terdiri dari dua kata, yaitu art (hasil budaya manusia) dan fact (fakta), atau dengan kata lain artefak adalah fakta material yang bisa dijadikan sebagai sumber sejarah.
<>
Mengenai hal ini, Dosen Arkeologi Islam Nusantara STAINU Jakarta, Agus Sunyoto mengemukakan bahwa artefak adalah produk Barat yang mempunyai kecenderungan logika berpikir materialistik atau bendawi. Untuk itu sebenarnya artefak memiliki kelemahan yang cukup signifikan, karena artefak bersifat material yang berpotensi terjadi kerusakan seiring berjalannya waktu.

“Jadi Artefak, fakta dari ‘art’, hasil budaya manusia, ini kita mengambil kuliah di UI, di Amerika di manapun, selalu ini (fakta material) yang digunakan kalau ini yang digunakan untuk meneliti sejarah Islam, ya bubar Islam, kenapa? Karena harus ada situsnya harus ada bendanya,” tegas Wakil Ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) itu di hadapan mahasiswa Pascasarjana STAINU Jakarta Kelas Ciganjur, Jumat (26/9).

Padahal, menurut Agus, di dalam filsafat ilmu ada istilah yang dikenal dengan probabilitas, yaitu aneka ragam kemungkinan atau tingkat akurasi dalam sebuah ilmu pengetahuan, ia mencontohkan tentang probabilitas dalam ilmu medis.

“Ilmuwan itu tahu, akurasinya itu 70 sampai 75 persen, itu sebabnya ketika ilmu medis itu diterapkan di dalam rumah sakit, ada syarat wajib, setiap rumah sakit wajib punya kamar mayat, kenapa? ya untuk menjaga probabilitas ini, disuntik supaya sembuh lho kok malah mati, masuk kamar mayat. Jadi mereka (ilmuwan, red) semua tahu, tidak semua ilmu akurat, pasti ada yang meleset,” Imbuh dosen yang pernah mengampu mata kuliah filsafat ilmu selama 15 tahun itu.

Untuk itu, lanjut Agus, kita harus membangun ilmu sendiri agar mampu menjelaskan tentang hal-hal yang tidak tersentuh oleh artefak, ilmu itu diberi nama Ideofak, yaitu gabungan dari idea dan fact. Dengan demikian arkeologi Islam dapat didefinisikan sebagai studi sistematis tentang benda-benda kuno, idea-idea, gagasan-gagasan, konsep-konsep Islam kuno yang dijadikan sebagai wahana untuk merekonstruksi sejarah. (Aiz Luthfi/Mahbib)