Nasional

Ideofak, Kekuatan Arkeologi Islam (2)

Kam, 2 Oktober 2014 | 13:02 WIB

Subang, NU Online
Selain artefak, perangkat yang dibutuhkan untuk menelusuri dan merekonstruksi sejarah Islam adalah ideofak, Ideofak sendiri dapat diartikan sebagai ‘artefak’ yang tidak terbentuk dalam sebuah materi. Ideofak ini sangat dibutuhkan dalam kajian arkeologi Islam karena banyak sekali sejarah-sejarah Islam yang sulit disentuh dengan menggunakan pendekatan artefak.
<>
Demikian disampaikan Sejarawan Islam Nusantara, KH. Agus Sunyoto ketika menyampaikan pembukaan mata kuliah Arkeologi Islam Nusantara kepada Mahasiswa Pascasarjana STAINU Jakarta Kelas Ciganjur, Jumat (26/9)

“Tidak ada manusia yang namanya disebut-sebut orang, dipanggil-panggil orang sepanjang waktu, tiap hari, tiap jam, tiap menit kecuali Nabi Muhammad, padahal beliau hidup 1400 tahun yang lalu, shalat tidak sah jika tidak membaca shalawat, adzan juga demikian, jadi nama beliau minimal disebut orang dalam shalat, mekkah sudah selesai shalat, ganti lagi kairo, madinah, di Brazil, di Inggris, di Amerika, di Eropa, di mana, terus... nyambung tanpa henti nama beliau disebut dalam adzan dan shalat, jadi sepanjang waktu,” terang Wakil Ketua Lesbumi itu ketika mencontohkan konsep ideofak

Itu hanya adzan dan shalat saja, tambah Agus, belum lagi jamaah dibaan, jamaah barzanji, jamaah shalawat, wiridan, belum yang lain, tidak pernah habis nama Muhammad disebut tiap waktu, tidak ada manusia abadi selain Nabi Muhammad, coba sebutkan sekarang siapa tokoh Barat yang namanya disebut tiap waktu.

“Socrates? Itu disebut ya kalau ada pelajaran filsafat saja kalau gak ada pelajaran filsafat  siapa yang mau nyebut nama Socrates, tapi nama ini (Muhammad, red), siapa saja menyebut namanya, sekalipun tidak ada tulisannya, tidak ada fotonya tapi namanya disebut semua orang, itu ideofak, itu fakta yang tidak dapat dibantah nama Muhammad selalu disebut orang sepanjang 1.400 tahun sampai sekarang. Itu fakta, kita tidak bisa mengatakan bahwa itu bukan fakta karena tidak ada materinya, tidak ada Muhammadnya, tidak bisa seperti itu karena itu adalah fakta, itu kenyatan tentang ideofak,” tegas Agus Sunyoto.

Agus pun menambahkan bahwa ideofak itu bisa dalam bentuk shalawat, adzan, shalat dan seterusnya, sementara artefaknya adalah makam Nabi Muhammad. Hanya saja masalahnya adalah ideofak ini cenderung tidak diakui oleh para sejarawan karena para sejarawan sejak sekolah dasar sampai perguruan tinggi sudah terbiasa dengan artefak dan menganggap bahwa ideofak tidak dikenal dalam kajian sejarah.

“Jadi ideofak itu, artefak yang tidak kelihatan tapi sampai sekarang kita masih bisa merasakan keberadaannya, itu di Islam sangat banyak sekali, ideofak ini jadi kekuatan arkeologi Islam,” tuturnya.

Selain Nabi Muhammad, Agus Sunyoto pun memberikan contoh ideofak yang lainnya, seperti Al-Qur’an, shalat, zakat dan beberapa ajaran-ajaran Wali Songo. (Aiz Luthfi/Mahbib)