Nasional

Ikhtiar Harus Dilakukan Sebaik-baiknya, Jangan Asal-asalan dan Fatalis

Ahad, 22 Maret 2020 | 08:45 WIB

Ikhtiar Harus Dilakukan Sebaik-baiknya, Jangan Asal-asalan dan Fatalis

Manusia diwajibkan untuk melakukan ikhtiar sebaik mungkin. Karena ikhtiar diajarkan oleh agama.

Jakarta, NU Online
Upaya kewaspadaan sekaligus kegelisahan masyarakat dalam menghadapi virus mematikan yaitu Covid-19 dilihat oleh sebagian kelompok sebagai ketakutan berlebihan. Hingga pada akhirnya melontarkan, “jangan takut sama corona, takutlah kepada Allah” atau dengan narasi lain “mati sudah ada di tangan Allah”.

Menanggapi kelompok-kelompok tersebut, Pakar Tasawuf KH M. Luqman Hakim menegaskan bahwa manusia diwajibkan untuk melakukan ikhtiar sebaik mungkin. Karena ikhtiar diajarkan oleh agama.

“Berikhtiar, harus dilakukan dengan sebaik-baiknya, jangan asal-asalan dan fatalis. Itu cara menghargai yang memerintah ikhtiar, yaitu Allah SWT,” ujar Kiai Luqman dikutip NU Online, Ahad (22/3) lewat twitternya.

Soal Corona, kata Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Muhibbin Caringin, Bogor ini, Allah SWT Sang Penyembuh.

“Di antara tanda Allah menyembuhkan, Allah menakdirkan manusia berobat secara professional d melakukan pencegahan,” jelas Direktur Sufi Center itu.

Menanggapi kelompok yang pemikiran jabariyah atau fatalis itu, kiai yang pernah aktif menjadi Mudir ‘Aam Jatman KH Wahfiudin Sakam memberikan gambaran berikut: “Mengapa kamu menyeberang jalan harus menengok kiri dan kanan? Kenapa enggak langsung menyeberang aja? Toh soal mati sudah ada takdirnya.”

Menurut Kiai Wahfiudin, persoalannya bukan mati atau tidak mati. Mati akibat wabah penyakit adalah syahid. Tak usah diragukan lagi.

Tetapi, persoalan yg kita hadapi adalah Covid-19 menyebar lewat kontak dan kerumunan manusia. Selama 5-19 hari orang yg tertular tidak merasakan gejala apapun, maka mereka tetap akan berkeliaran, bergaul, dan ikut menyebarkan Covid-19 ke keluarga, tetangga, sanak famili, dan teman-teman.

Ia juga menegaskan, ketika beberapa pekan kemudian terjadi ledakan wabah di kampungnya, atau lingkungan kerjanya, ke mana orang-orang yang sakit itu akan pergi?

“Bisa jadi mereka akan ditolak oleh berbagai rumah sakit (ini sudah terjadi di banyak tempat), karena RS kekurangan fasilitas: ruang isolasi, alat pemeriksaan, ventilator, dokter dan perawat, APD, dan obat-obatan,” terang Kiai Wahfiudin.

Pewarta: Fathoni Ahmad
Editor: Abdullah Alawi