Jakarta, NU Online
Kebanggaan Aditia (13), siswa kelas 6 SD mengikuti invitasi dan seleksi Tim Sepak Bola Nasional U-13 untuk pra-penyisihan Piala Asia mendadak berubah menjadi ratapan.
Pasalnya, setelah pulang mengikuti seleksi di Bandar Lampung, Adit sedikit kebingungan tidak diperbolehkan mendekati rumah tempat tinggalnya di Desa Kunjir, Lampung Selatan karena sudah disterilisasi petugas.
Kenyataan pahit harus dihadapi anak yang menggemari klub Real Madrid itu. Rumahnya di Desa Kunjir hancur diterjang tsunami Selat Sunda yang terjadi Sabtu (22/12) malam sekitar pukul 21.47 WIB. Kesedihan kehilangan tempat tinggal bertambah ketika mendapati adik dan ibunya ikut menjadi korban akibat peristiwa itu, sedangkan ayahnya belum ditemukan.
Namun, sejumlah pihak termasuk dokter yang mendampingi Adit tidak kuasa memberitahu kondisi adik dan orang tuanya. Karena khawatir akan menambah beban psikologis Adit. Dari kasus tersebut, tenaga di lapangan memerlukan psikolog untuk memberikan pendampingan kepada Adit.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Lampung Selatan Wahyu seperti dilansir kumparan mengatakan, Aditia merupakan satu dari puluhan anak yang ikut seleksi di Bandar Lampung. Keikutsertaannya tes menjadi pemain bola profesional itu membuat Aditia selamat dari terjangan tsunami.
Sebab, saat tsunami Selat Sunda menerjang Kabupaten Lampung Selatan, Aditia sedang menginap di Bandar Lampung. Pada saat itu, dia usai mengikuti seleksi Timnas U-13.
Aditia tinggal di Desa Kunjir, Lampung Selatan. Desa Kunjir menjadi salah satu wilayah terparah yang diterjang bencana tsunami. Wahyu merupakan dokter yang terus mendampingi Aditia sejak awal.
Wahyu bercerita, saat ini Aditia berada di balai pengungsian di Desa Totoharjo di Lampung Selatan. Posisi ia menetap saat ini sekitar 7,8 kilometer dari rumahnya di Desa Kunjir.
Sejak mengetahui rumah dan seisinya diterjang tsunami, batin Adit berkecamuk karena terus memikirkan kondisi keluarga yang dicintainya. Petugas di lapangan bingung dan tak kuasa meskipun di lokasi pengungsian Adit salah seorang yang mendapat prioritas pelayanan trauma mengingat kondisi psikologisnya yang mengkhawatirkan.
Wahyu yang terus mendampingi Adit seketika terenyuh setiap diberi biskuit atau makanan apapun tidak ia makan tetapi langsung dimasukkan di tas. "Setiap dikasih biskuit, makanan, atau apapun dia selalu masukkan ke tas disimpan enggak dimakan sama dia, enggak disentuh, bilangnya untuk adik, itu terenyuh," ungkapnya.
Beberapa jam sebelum tsunami melanda, Aditia sedang mengikuti undangan seleksi Timnas U-13 pra-penyisihan untuk ikut Piala Asia. Kini Aditia sebatang kara. Tetapi dia masih memiliki mimpi besar. Aditia bertekad menjadi pemain bola profesional. (Fathoni)