Nasional

Industri 4.0 Tantangan Utama Pendidikan Karakter

Sab, 12 Oktober 2019 | 12:00 WIB

Industri 4.0 Tantangan Utama Pendidikan Karakter

Kapustekom Kemendikbud Gogot Suwarto, saat mengisi materi di MKNU Ma’arif NU di Bintang Hotel, Senen, Jakarta Pusat, Jumat (11/10) malam. (Foto: NU Online/A Rahman Ahdori)

Jakarta, NU Online
Pendidikan karakter dinilai sangat penting dikuasai oleh semua kalangan temasuk oleh seorang tenaga pendidik yang setiap hari mengajar siswa-siswi  di Sekolah. Pendidikan karakter membentuk kepribadian seseorang, puncaknya mental anak bangsa tumbuh secara terukur. Sehingga, anak bangsa tersebut memiliki moral yang kuat, norma sosial yang tinggi dan norma agama yang sesuai dengan ajaran Islam. 
 
Seiring dengan perkembangan zaman, pendidikan karakter mengalami tantangan yang beragam. Sejak tahun 2016 industri kembali mencuat ke permukaan, bukan hanya Indonesia semua negara di Dunia mengalami hal serupa. 
 
Industri 4.0 merupakan nama tren otomasi dan pertukaran data terkini dalam teknologi pabrik. Industri 4.0 mencakup sistem siber-fisik, internet untuk segala, komputasi awan dan komputasi kognitif. Pada revolusi industri keempat atau ini efisiensi mesin dan manusia dilakukan konektivitas dengan internet of things. 
 
Era digital tersebut dinilai menjadi tantangan utama pendidikan karakter, karena sangat mempengaruhi prilaku masyarakat. Untuk itu harus ada pengendalian yang terarah oleh negara dan bangsa Indonesia. 
 
Kepala Pusat Tekhnologi dan Komunikasi (Pustekom) Kementerian Pendidian dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI, Gogot Suwarto, mengatakan pada industri 4.0 ini semua negara bersatu menggalang kekuatan untuk menguasai informasi, penguasaan data dan penguasaan jaringan. Jika hal itu mulai berkembang di negara tertentu dan menyentuh masyarakat secara keseluruhan, maka akan muncul karakter yang beragam. 
 
Salah satu nilai positif pada industri 4.0 kali ini, menurut Gogot, tidak ada invasi fisik, semua negara fokus terhadap invasi jaringan, informasi dan penguasaan data. Termasuk negara-negara adikuasa seperti Rusia, Amerika dan China yang fokus pada penguasaan revolusi 4.0 tersebut.  
 
"Tapi kalau tidak bisa dikendalikan ini jadi discrubction, karakter itu jadi kacau,” kata Gogot Suwarto saat memberikan arahan peserta Madrasah Kader Nahdlatul Ulama (MKNU) di Bintang Hotel, Jumat (11/10) malam.
 
Ia menjelaskan, poin dari industri 4.0, teknologi melekat di masyarakat. Selain itu akses tekhnologi dari semua arah masuk ke semua lini. Hal itu juga yang melatarbelakangi Pemerintahan Presiden Joko Widodo- Wakil Presiden Jusuf Kallah periode 2014-2019 menguatkan kembali revolusi mental. 
 
"Industri 4.0 ini adalah infrastruktur, kalau kita tidak mengendalikan kita yang akan dikendalikan oleh infrastruktur ini, jadi teknologi secanggih apa pun kuncinya adalah kita (manusia)," ia menegaskan. 
 
Menurut Gogot, dulu saat dirinya sekolah di Sekolah Dasar, Pendidkan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila masih diajarkan. Bahkan, oleh  setiap siswa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 
"Karena diajari kami hapal dan membekas, setiap kami melihat orang bertingkah kami berpikir, oh karakter orang ini ada di P4 poin berapa gitu," tuturnya. 
 
Seperti diketahui, sejak Jumat (11/10) siang, Pengurus Pusat Lembaga Ma’arif Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LP Ma’arif NU) menyelenggarakan Madrasah Kader NU (MKNU). MKNU ini diikuti seluruh jajaran struktur PP dan PW Maarif NU, dilangsungkan hingga Ahad (13/10).
 
MKNU merupakan jenjang kaderisasi yang wajib dilaksanakan oleh semua lembaga PBNU, hal itu sebagaimana hasil Muktamar NU ke-33 di Jombang tahun 2015 lalu. Pada MKNU kali ini, LP Maarif membahas berbagai persoalan utamanya pendidikan karakter dan pendidikan digital atau pendidikan di era industri 4.0
 
Kontributor: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Kendi Setiawan