Nasional

Ini 3 Hal yang Tak Pernah Lepas dari KH Abbas Abdul Jamil

Kam, 16 November 2023 | 15:00 WIB

Ini 3 Hal yang Tak Pernah Lepas dari KH Abbas Abdul Jamil

Seminar Nasional Pengusulan Pahlawan Nasional KH Abbas Abdul Jamil di Hall A Hotel Apita Cirebon, Rabu (15/11/2023). (Foto: situs resmi Kab Cirebon)

Cirebon, NU Online

KH Abbas Abdul Jamil merupakan sosok ulama pejuang yang menjadi motor penggerak perlawanan dan perjuangan pada 10 November 1945. Ia adalah sosok yang dinanti Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari untuk mengomandoi jalannya peperangan di Surabaya itu.


Dalam berjuang selama hidupnya, Kiai Abbas tak pernah lepas dari tiga hal yakni tasbih, terompah, dan pasir. Hal tersebut diungkapkan Ketua Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah KH Aziz Hakim Syaerozi saat Seminar Nasional Pengusulan Pahlawan Nasional KH Abbas Abdul Jamil di Cirebon, Jawa Barat, Rabu (15/11/2023).


Kiai Aziz menjelaskan bahwa tasbih, bagi kaum Nahdliyin dan santri, dianggap sebagai simbol kuat spiritualitas. Tasbih ini mengingatkan akan kehidupan yang tidak boleh lepas dari aspek spiritualitas.


Lebih lanjut, sisi spiritualitas yang dikenal luas dari seorang Kiai Abbas adalah keaktifannya dalam mengamalkan dan menyebarkan tarekat. Jejak tarekat tersebut masih bisa dijumpai di Buntet Pesantren Cirebon. 


"Beliau mempraktikkan Tijaniyah dan Syatariyah dan diamalkan sekaligus juga dihimpun dalam pengorganisasian sehingga hari ini jejak tarekatnya bisa kita jumpai khususnya di Pesantren Buntet," katanya.


Selain tasbih, hal lain yang melekat pada diri Kiai Abbas adalah terompah, yaitu alas kaki yang terbuat dari kulit, karet, atau kayu yang dilengkapi dengan tali kulit sebagai penguat, atau kayu bertudung bulat, tempat ibu jari kaki dan jari kaki tengah menjepit. Menurut Kiai Aziz, penggunaan terompah ini mencerminkan tokoh merakyat 


"Kiai Abbas menyimbolkan pentingnya kerakyatan dan disimbolkan dengan terompah. Sisi itu yang perlu digali lebih dalam lagi sepak terjang Kiai Abbas dalam menghadapi dan membangun masyarakat serta memperkuat organisasi NU," kata Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Cirebon itu.


Ia melanjutkan bahwa Kiai Abbas juga selalu memegang pasir sebagai simbol tokoh pejuang yang siap menghadapi siapa pun. Peran Kiai Abbas dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia sangat besar. 


"Pertempuran (10 November 1945) tidak akan terjadi tanpa menunggu Singa Cirebon, yang dimaksud dalam konteks melawan kolonialisme adalah KH Abbas Abdul Jamil," ujarnya


Karena itu, Kiai Aziz menegaskan bahwa penggalian sejarah mengenai sosok Kiai Abbas perlu didalami lebih lanjut sebagai dokumen sejarah. Sebab, mengutip ayat-ayat terakhir dalam surat al-Fatihah, sejarah Kiai Abbas ini penting sebagai bentuk upaya untuk memberikan teladan bagi generasi berikutnya.


"Al-Qur'an jelas menuntut jelas sejarah sebagai ibrah. Kita meminta kepada Allah jalan yang lurus. Dengan apa jalan lurus ini? Dengan cara mengikuti jejak orang-orang terdahulu yang telah diberikan nikmat," kata Pengasuh Pondok Pesantren As-Salafiyah Babakan, Ciwaringin, Cirebon itu.


Senada, Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Muhammad Fathi Royyani juga menyampaikan bahwa Kiai Abbas merupakan sosok penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. 


Dengan jejaring internasional dan perkawanannya dengan kelompok aktivis lain, Kiai Abbas memainkan peran dalam berjuang dari berbagai ranah, tidak saja melalui pendidikan, tetapi juga pertempuran fisik.


“Kiai Abbas juga membawa ajaran neo-sufisme dengan meminta adiknya, KH Anas Abdul Jamil, untuk mengambil tarekat Tijaniyah. Tarekat ini memberikan pandangan bahwa manusia yang sufi tanpa menafikan usahanya. Manusia tetap harus berdzikir, tetapi juga wajib bekerja,” tutur Fathi.


Fathi juga menyebut bahwa Kiai Abbas merupakan seorang tokoh pesantren yang memiliki darah keraton. Hal ini juga dikonfirmasi KH Anis Manshur, Pengasuh Pondok Buntet Pesantren. Kiai Anis menyebut bahwa Kiai Abbas lahir di Pekalangan, sebuah kawasan di Kota Cirebon. Artinya, ini juga menunjukkan kedekatan keluarga pesantren dengan pusat pemerintahan di Cirebon.


Bupati Cirebon, H Imron menyebut Kiai Abbas merupakan tokoh penting dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kiai Abbas berperan tidak saja dalam membangun pesantren dan masyarakat Cirebon, tetapi juga peran yang berskala nasional bahkan internasional. 


"Peran skala nasional dari Kiai Abbas Abdul Jamil, dalam peristiwa Surabaya pada 10 November 1945. Kiai Abbas dengan rombongan para kiai dan santri dari pesantren-pesantren yang ada di Cirebon, rela berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia," kata Imron, sebagaimana dilansir situs resmi Kabupaten Cirebon.


Ia menjelaskan, Kiai Abbas merupakan panglima Hizbullah Jawa Barat yang juga mendidik para laskar untuk berjuang membela negara dan bangsa Indonesia. 


"Buntet Pesantren adalah sentral dari perjuangan kemerdekaan di Cirebon, selain sebagai tempat berkumpulnya para Laskar Hizbullah untuk menerima arahan dari Kiai Abbas," katanya.