Nasional

Ini 4 Pelajaran yang Bisa Diambil dari Peristiwa Isra’ dan Mi’raj

Rab, 7 Februari 2024 | 20:30 WIB

Ini 4 Pelajaran yang Bisa Diambil dari Peristiwa Isra’ dan Mi’raj

Ilustrasi Isra' Mi'raj. (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online

Isra’ dan Mi’raj merupakan salah satu peristiwa yang amat bersejarah bagi umat Islam. Sebab sesudah peristiwa itu berlangsung, Rasulullah menerima kewajiban untuk melaksanakan shalat lima waktu.


Sebagaimana yang diketahui, Isra’ dan Mi’raj merupakan peristiwa ketika Allah memberikan keistimewaan pada Nabi Muhammad untuk melakukan perjalanan mulia bersama malaikat Jibril, mulai dari Masjidil Haram di Makkah menuju Masjidil Aqsa di Palestina.


Kemudian Rasulullah melanjutkan perjalanannya dari Masjidil Aqsa menuju Sidratul Muntaha untuk menghadap Allah, sang pencipta Alam semesta.


Dalam naskah Khutbah Jumat NU Online berjudul Empat Pelajaran dalam Peristiwa Isra' Mi'raj, Dosen Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta Ustadz Rustam Ibrahim menjelaskan bahwa ada empat pelajaran yang bisa dipetik dari peristiwa ini. Ustadz Rustam mengutip tulisan Syekh Ali Muhammad Shalabi dalam Sirah Nabawiyah: ‘Irdlu Waqâi’ wa Tahlîl Ihdats, juz 1 halaman 209. 


Ia menyebutkan, pelajaran pertama yang bisa diambil dari peristiwa Isra’ Mi’raj adalah bukti Allah memberikan kemuliaan dan keistimewaan kepada kekasihnya, Nabi Muhammad.


“Pertama, Isra’ Mi’raj adalah kemuliaan dan keistimewaan dari Allah kepada hambanya tercinta, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,” tulisnya.


Menurut Ustadz Rustam, bukti pertama ini merupakan bentuk hiburan dari Allah kepada Rasulullah yang baru saja ditinggal wafat istrinya, Sayyidah Khadijah, dan pamannya, Abu Thalib.


“Allah ingin menguatkan hati Nabi dengan melihat secara langsung kebesaran Allah, sehingga hati Nabi semakin mantap dan teguh dalam menyebarkan Agama Allah,” jelas Ustadz Rustam.


Hal tersebut memberikan bukti penguat kepada umat Islam bahwa siapa pun yang berjuang di jalan Allah dan menegakkan agama, seperti dengan memakmurkan masjid, memakmurkan majelis ilmu, dzikir, dan tahlil, maka Allah akan memberikan kebahagiaan dan keistimewaan baginya.


Pelajaran kedua yang bisa dipetik dari Isra’ Mi’raj adalah adanya kewajiban untuk menjalankan shalat lima waktu bagi setiap Muslim.


“Musthofa As Siba’i dalam kitabnya, Sirah Nabawiyah, Durus wa Ibar, jilid 1 halaman 54 menjelaskan bahwa jika Nabi melakukan Isra’ Mi’raj dengan ruh dan jasadnya sebagai mukjizat, sebuah keharusan bagi tiap Muslim menghadap kepada Allah lima kali sehari dengan jiwa dan hati yang khusyuk,” bebernya.


Ustadz Rustam menjelaskan bahwa dengan shalat yang khusyuk, seseorang akan merasa diawasi oleh Allah, sehingga mempunyai rasa malu untuk menuruti syahwat dan hawa nafsu, malu berkata kotor, malu mencaci orang lain, malu berbuat bohong. Sebaliknya, lebih senang dan mudah untuk melakukan banyak kebaikan.


“Hal tersebut demi untuk mengagungkan keesaan Allah, kebesaran Allah, sehingga dapat menjadi makhluk Allah yang terbaik di muka bumi ini,” jelas Ustadz Rustam.


Ketiga, pelajaran yang dapat diambil adalah Isra’ Mi’raj merupakan mukjizat Nabi Muhammad dengan perjalanannya dari Masjidil Aqsa menuju Sidratul Muntaha.


“Dalam sejarah, itu adalah perjalanan pertama manusia di dunia menuju luar angkasa, dan kembali menuju bumi dengan selamat,” urainya.


Ustadz Rustam menjelaskan, hal tersebut memberikan pelajaran bagi umat Islam agar mandiri, belajar, bangkit, dan meningkatkan kemampuan. Tidak hanya dalam masalah agama, sosial, politik, dan ekonomi, tetapi juga harus melek terhadap sains dan teknologi.


“Perjalanan menuju ke luar angkasa adalah sains dan teknologi tingkat tinggi yang menjadi salah satu tolok ukur kemajuan sebuah umat dan bangsa,” bebernya.


Pelajaran keempat adalah dalam perjalanan Isra’ Mi’raj terdapat penyebutan dua masjid umat Islam, yaitu Masjidil Haram dan Masjidil Aqsa. Hal tersebut memberikan pelajaran bagi seorang Muslim bahwa Masjidil Aqsa adalah bagian dari tempat suci umat Islam.


Membela Masjidil Aqsa dan sekelilingnya sama saja dengan membela agama Islam. Wajib bagi setiap Muslim sesuai dengan kemampuan masing-masing untuk selalu berjuang dan berkorban untuk kemerdekaan dan keselamatan Masjidil Aqsa di Palestina.


“Baik dengan diplomasi politik, bantuan sandang pangan, maupun dengan harta. Semoga kita selalu menjadi umat yang selalu dapat mengambil hikmah dan dari peristiwa Isra’ Mi’raj ini dan mengamalkannya dengan sebaik-baiknya,” jelas Ustadz Rustam.