Nasional

Inilah Penjelasan Kiai Said Tentang Hawa Nafsu

Rab, 20 Februari 2019 | 12:30 WIB

Inilah Penjelasan Kiai Said Tentang Hawa Nafsu

KH Said Aqil Siroj, Ketua Umum PBNU

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengemukakan bahwa pada setiap diri seseorang terdapat ego yang dinamakan dengan hawa nafsu atau kepentingan. Menurut Kiai Said, hawa nafsu ada dua macam: hawa nafsu ghadabiyah dan hawa nafsu syahwatiyah.

Kiai Said menjelaskan, hawa nafsu ghadabiyah ialah hawa nafsu yang mendorong seseorang berambisi, seperti berambisi menjadi presiden atau anggota DPR RI.

“Hawa nafsu ghadabiyah, yaitu hawa nafsu yang mendorong kita untuk berambisi,” kata Kiai Said pada acara Pengukuhan dan Rapat Kerja Lembaga Pengembangan Pertanian PBNU di Gedung PBNU, Rabu (20/2).

Namun demikian, sambung Kiai Said, jika niat, cara, dan tujuannya baik, seperti untuk mendapatkan ridla Allah, maka namanya menjadi himmah (cita-cita).

“Jadi ‘saya harus jadi presiden’ itu kalau niatnya baik, caranya baik, tujuannya baik itu namannya himmah,” ucapnya.

Kedua, lanjut Kiai Said adalah hawa nafsu syahwatiyah atau hasrat, seperti seseorang yang terdorong memiliki banyak harta. Namun, lanjutnya, jika ditempuh dengan niat, cara, dan tujuannya benar, maka bukan lagi disebut hawa nafsu syahwatiyah, melainkan adzimah.

“Jadi, baik, kalau ada orang tiap hari mikirkan pertanian. (misalnya orang) bangun tidur, shalat shubuh, wirid-wirid sebentar (lalu) mikirkan kerjaan, kemudian shalat dzuhur, makan siang, doa-doa sebentar, mikirkan ekonomi lagi, ashar begitu lagi. (hal seperti itu) Baik, asal niatnya baik, caranya baik, tujuannya baik. Jangan (kemudian) orang kaya gitu dianggapnya hubbud dunya (cinta dunia), rakus, tamak (karena) sehari-hari dihabiskan untuk cari uang. Kalau niatnya baik, caranya baik, tujuannya baik, (ya) cari uang itu baik, mengumpulkan kekayaan itu baik. Makna baik itu luas sekali,” terangnya.

Ia pun menyebutkan beberapa sahabat nabi yang memiliki banyak harta, seperti Abu Bakar as-Shiddiq, Abdurrahman bin ‘Auf, Utsman bin Affan. Begitu juga para pendiri NU seperti Hadratusyekh KH Hasyim Asy’ari dan KH Wahab Hasbullah merupakan orang-orang kaya. (Husni Sahal/Muhammad Faizin)