Nasional

Inkopsim: Peternak dan Konsumen Ayam Jangan Dirugikan 

Sen, 10 Februari 2020 | 11:15 WIB

Inkopsim: Peternak dan Konsumen Ayam Jangan Dirugikan 

Ketua Umum Induk Koperasi Syirkah Muawanah (Inkopsim) H Al-Khaqqoh Istifa (Foto: NU Online/Aryudi AR)

Jakarta, NU Online 
Benang kusut persoalan yang melilit para peternak ayam potong tak kunjung terurai. Mereka nyaris tak bisa nyenyak tidur lantaran harga ayam lepas kandang masih cukup rendah di bawah harga pokok produksi (HPP). 
 
"Memang sesekali harganya naik, namun lebih banyak turunnya. Padahal di sisi lain, harga daging ayam di pasar lumayan  tinggi," ujar Ketua Umum Induk Koperasi Syirkah Muawanah (Inkopsim) H Al-Khaqqoh Istifa, Senin (10/2).
 
Dijelaskan, saat ini harga daging ayam di Pulau Jawa berkisar antara Rp18.000 hingga Rp22.000/kilogram. Sedangkan harga jual ayam di tingkat peternak berkisar antara Rp13.500 hingga Rp14.500/kilogram.
 
“Bahkan beberapa waktu lalu harga daging ayam mencapai Rp32.000/kilogram. Sementara harga jual di tingkat peternak tetap Rp13.500 hingga Rp14.500/kilogram,” ungkapnya kepada NU Online.
 
Gus Khaqqoh sapaan akrabnya, menduga ada mafia yang bermain sehingga disparitas harga ayam antara di tingkat konsumen dan di tingkat peternak, cukup lebar. Munculnya mafia itu akibat adanya distorsi pasar yang tidak bisa diselesaikan oleh pemerintah khususnya kementerian terkait. 
 
“Maksud saya distorsi itu terkait dengan tidak tegasnya pemerintah dalam menerapkan regulasi. Akibatnya yang rugi adalah peternak ayam dan kosumen akhir. Yang untung ya diantara keduanya,” jelasnya.
 
Gus Khaqqoh menambahkan, dirinya dan pengurus Inkopsim lainnya sudah mengunjungi pasar induk di Tasikmalaya, Jawa Barat dua hari lalu untuk mengkonfirmasi harga daging ayam. Hasilnya, interval harga daging ayam dan harga ayam lepas kadang masih lumayan lebar. 
 
Oleh karena itu, Gus Khaqqoh mendesak pemerintah agar tidak ragu untuk menerapkan regulasi yang sudah dibuat. Ia juga mendorong agar semua stakeholder mematuhi peraturan yang ada, mulai dari budidaya ayam hingga pemasarannya.
 
“Di luar itu, proses pemotonganya juga pelu dijamin kehalalannnya. Kenapa? Sebab yang mengkonsumsi daging ayam adalah kebanyakan umat Islam,” ucapnya.
 
Selain itu, Gus Haqqoh merekomendasikan dukungan kepada pemerintah untuk menjalin kemitraan dengan perusahaan yang amanah bukan yang oportunis. Sehingga persoalan yang mengintai usaha ayam bisa dikurngi meski tidak bisa tuntas.
 
“Jangan sampai peternak ayam hanya hampir utung bukan untung,” urainya.

Pewarta: Aryudi AR 
Editor: Abdul Muiz