Nasional

Istighotsah Falakiyah: Berzikir Harus Lebih Banyak dari Berdoa

Sen, 21 Desember 2020 | 02:05 WIB

Istighotsah Falakiyah: Berzikir Harus Lebih Banyak dari Berdoa

Ilustrasi zikir dan doa. (NU Online)

Jakarta, NU Online

Dalam sebuah haditsnya, Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa barang siapa lebih sibuk berzikir kepada Allah daripada meminta kepada-Nya, maka orang tersebut akan Allah beri sesuatu yang lebih baik dari apa yang diminta dalam doa orang tersebut. Sabda Nabi ini merupakan salah satu dasar tradisi yang lazim dilakukan dalam Nahdlatul Ulama yakni istighotsah.


Istighotsah merupakan majelis yang di dalamnya dibacakan berbagai macam kalimat thayyibah seperti zikir dan ayat Al-Qur’an. Proporsi dalam istighotsah sendiri lebih banyak diisi dengan bacaan-bacaan zikir dari pada bacaan doa yang dipanjatkan.


“Perbanyaklah zikir dan baru nanti diakhiri dengan doa yang tidak lebih banyak dari zikir itu sendiri,” kata KH Ahmad Izzudin saat berbicara pada kegiatan Istighotsah Falakiyah dan Doa Bersama untuk Keselamatan Bangsa yang digagas oleh Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU), Sabtu (19/12) malam lalu.


Saat ini tradisi istighotsah juga sudah banyak dilakukan bukan hanya oleh warga NU. Namun banyak masyarakat dan instansi pemerintah yang melakukan istighotsah untuk mendekatkan diri pada Allah. Apalagi di masa pandemi Covid-19 yang sampai saat ini belum mereda, kegiatan istighotsah bisa menjadi salah satu ikhtiar langit agar Allah segera mengangkat virus ini dari bumi ini.


Menurut Kiai Izuddin, ikhtiar bumi melalui penerapan protokol kesehatan penting dilakukan. Namun ikhtiar langit melalui zikir dan berdoa juga harus diperkuat juga karena Allah yang telah mendatangkan virus ini dan atas berkenan Allah SWT virus ini juga akan bisa lenyap kembali.


Sementara LF PBNU KH Sirril Wafa mengatakan bahwa kegiatan istighotsah yang dilakukan tersebut adalah untuk menyikapi kondisi pandemi Covid-19 yang saat ini kasusnya terus mengalami peningkatan setiah hari. Selain itu kondisi umat saat ini juga terus mendapatkan ancaman perpecahan akibat perbedaan cara dalam memahami perubahan situasi.


“Dalam ranah ini Nahdlatul Ulama pada umumnya dan Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama pada khususnya juga tetap dapat menunjukkan kiprahnya dalam berkhidmah untuk NKRI. Guna mewujudkan keberagamaan Islam yang inklusif, akomodatif, toleran dan dapat berdampingan secara damai dengan siapapun yang juga menghendaki kedamaian,” harapnya.


Pewarta: Muhammad Faizin

Editor: Fathoni Ahmad