Nasional

Jaga Bumi, Prof Nasar Terangkan Hubungan Manusia dan Lingkungan

Sel, 14 Desember 2021 | 21:00 WIB

Jaga Bumi, Prof Nasar Terangkan Hubungan Manusia dan Lingkungan

Semua makhluk di muka bumi diciptakan secara berpasang-pasangan oleh Allah. Prof Nasar menjelaskan, langit adalah sang suami sementara bumi adalah istrinya.  (Foto: instagram @officialnuo [Nasaruddin Umar Office])

Jakarta, NU Online

Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta Prof KH Nasaruddin Umar menerangkan konsep kesetaraan gender makrokosmos. Hal ini dikemukakan dari hasil tulisan disertasinya yang berjudul Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qurā€™an. Ia mengajak seluruh umat manusia, terkhusus umat Islam di Indonesia agar mampu menjaga kelestarian dan keseimbangan bumi.Ā 


ā€œKesetaraan gender ini harus dilanjutkan. Kesetaraan gender jangan hanya berhenti pada kesetaraan gender mikrokosmos, anak manusia. Tetapi kesetaraan gender makrokosmos pun harus kita kembangkan sekarang,ā€ kata Prof Nasar usai menerima anugerah Soetandyo Award dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Selasa (14/12/2021) pagi.Ā 


Ia kemudian mengutip Al-Quran Surat Adz-Dzariyat ayat 49 bahwa semua makhluk di muka bumi diciptakan secara berpasang-pasangan oleh Allah. Prof Nasar menjelaskan, langit adalah sang suami sementara bumi adalah istrinya.Ā 


ā€œKita juga harus mencontoh pasangan makrokosmos yang selalu setara itu. Mereka juga melakukan kawin-mawin, perkawinan makrokosmos,ā€ terang salah seorang Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu.


Prof Nasar menjelaskan, saat langit sebagai suami ingin menggauli bumi sebagai istrinya maka terlebih dulu melakukan warming up atau pemanasan. Biasanya diawali dengan mendung, kilatan cahaya petir, dan guntur yang bersahut-sahutan.


Kemudian turun hujan, bentuk orgasme atas hubungan intim antara langit dan bumi. Lalu cairan hujan itu masuk ke rahim ibu pertiwi dan lahirlah anak-anak makrokosmos yaitu tumbuh-tumbuhan.Ā 


ā€œJadi mematahkan ranting pohon, sama dosanya dengan kalau kita mencopot telinga orang. Pasti orang tua kandungnya akan marah. Karena itu, apa pun yang kita lakukan seperti mencabut dan menebang pohon, bacalah bismillah. Mari kita menghargai, karena Allah meminta kita untuk menjaga keseimbangan dalam mengelola alam semesta,ā€ jelasnya.


Lebih lanjut ia menjelaskan, umur bumi akan pendek jika dikelola oleh manusia yang terlalu banyak bergender maskulin. Sebab Allah sendiri lebih sering menonjolkan sifat-sifat feminin daripada maskulin.


Prof Nasar mengatakan, 80 persen dari 99 jumlah Asmaul Husna adalah sifat-sifat Allah yang feminin. Sementara hanya 20 persen saja, Allah menunjukkan sifat maskulin yang juga jarang berulang di dalam Al-Qurā€™an.


ā€œHanya satu kali sifat maskulin yaitu al-mutakabbir, maha angkuh. Yang paling sering berulang halaman demi halaman Al-Qurā€™an adalah arrahim 114 kali, arrahman 57 kali. Jadi ketika manusia sebagai khalifah over maskulin maka tunggulah percepatan proses dunia ini akan segera kiamat,ā€ terang Profesor Ilmu Tafsir Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu.Ā 


Namun jika ingin memperpanjang usia bumi, maka Prof Nasar mengajak untuk melakukan pola keseimbangan makrokosmos yang berkesetaraan gender itu. Ia lantas mengimbau kepada siapa pun untuk menghargai tanaman sebagai anak dari makrokosmos.Ā 


ā€œKata Rasulullah, seandainya dunia ini besok kiamat maka tetaplah kalian menanam pohon,ā€ pungkas Prof Nasar.


Pewarta: Aru Lego Ā Triono

Editor: Alhafiz Kurniawan