Nasional

Jangan Jadikan Agama Alat Kekuasaan

Sen, 30 September 2019 | 14:15 WIB

Jangan Jadikan Agama Alat Kekuasaan

Ngaji Bareng yang digelar PAC Ansor Kecamatan Ngampel, Kendal, Jawa Tengah, Sabtu (28/9) malam (Foto: NU Online/M Sulhanudin)

Kendal, NU Online
Agama diharapkan menjadi solusi bagi tatanan kehidupan manusia yang lebih beradab. Namun agama justru kerap menjadi sumber konflik pertikaian. Hal ini karena agama tidak ditempatkan sebagai nilai dalam kehidupan, melainkan dijadikan sebagai alat untuk meraih kekuasaan.

KH Aunullah A'la Al Habib saat menjadi pembicara Ngaji Bareng yang digelar PAC Ansor Kecamatan Ngampel, Kendal, Jawa Tengah, Sabtu (28/9) malam, mengatakan Nahdlatul Ulama (NU) sebagai ormas terbesar di tanah air tidak pernah membenturkan agama dengan negara.
 
Yang dilakukan ulama dan kiai NU, kata Gus Aun, memasukkan nilai-nilai agama ke dalam kehidupan bernegara sebagaimana terkandung dalam Pancasila.
 
Pengurus Pimpinan Pusat GP Ansor yang beberapa hari lalu bersama rombongan ketua umumnya bertemu Paus Fransiskus di Vatikan, Paris, untuk misi perdamaian itu mengatakan, NU telah membawa wajah Islam Nusantara yang ramah. Umat Islam sebagai penduduk mayoritas di Indonesia mampu mengayomi umat beragama lainnya. 

"Ulama dan kiai NU itu tidak hanya mengajari tapi juga menemani masyarakat. Berdakwah dengan cara yang baik dengan tetap menghargai umat beragama yang lain. Inilah yang tidak ditemukan di tempat lain," terang Gus Aun yang Pengasuh Pesantren Al-Huda, Doglo, Boyolali.

Dikatakannya, ulama dan kiai NU meneladani cara berdakwah Walisongo yang menyebarkan ajaran Islam di Nusantara dengan pendekatan kebudayaan. Walisongo paham bahwa Islam yang pertama kali turun di jazirah Arab belum tentu budaya masyarakatnya akan cocok untuk diterapkan di Indonesia yang beragam. 

Ketika negara-negara di Arab yang mayoritas Islam dilanda perang saudara, imbuhnya, Indonesia hingga hari ini aman. Hal ini karena nilai-nilai Islam telah ditanamkan secara kuat oleh ulama nusantara yang kemudian terus dipertahankan oleh kiai-kiai NU. Di hadapan kader Ansor dan ribuan jamaah yang hadir, Gus Aun mengajak semuanya untuk menjaga kerukunan agar situasi di masyarakat kondusif. 
 
"Karena kalau negara tidak aman, ulama dan kiai juga terancam. Kalau ulama  dan kiai NU tidak lagi berdakwah, konflik dari Timur Tengah dibawa masuk ke nusantara, Indonesia yang beragam ini bisa perang karena isu agama," terang Gus Aun.
 
Menutup ceramahnya, Gus Aun berpesan kepada kader Ansor dan Banser untuk tetap istiqomah mengawal perjuangan para kiai NU dalam menjaga keutuhan NKRI. 
 
Ngaji Bareng yang digelar di lapangan Desa Ngampel merupakan puncak dari rangkaian pelantikan pengurus PAC Ansor Kecamatan Ngampel. Sebelumnya diadakan ruqyah massal yang dipandu pengurus Jamiyah Ruqyah Aswaja (JRA) dan santunan kepada 40 anak-anak yatim-piatu setempat.
 
Kholilurrohman, Ketua PAC Ansor yang baru menggantikan Mustaghfirin yang telah purna masa kepengurusannya, menyatakan siap untuk mengemban amanah. Dia optimistis mampu mengajak lebih banyak lagi pemuda-pemuda di wilayahnya untuk bergabung dan berkhidmah dengan Ansor.

Sementara itu, Muhammad Ulil Amri, Ketua PC Ansor Kabupaten Kendal, mengingatkan bahwa kader Ansor dan Banser selain berkewajiban mengawal kiai dan menjaga NKRI juga memiliki tanggungjawab sosial. 
 
Gus Ulil mengimbau pengurus yang baru dilantik untuk menjadi penggerak dalam kegiatan sosial kemasyarakatan di lingkungannya.
 
Kontributor: Muhammad Sulhanudin
Editor: Kendi Setiawan