Nasional

Jaringan Pesantren di Pulau Jawa yang Didirikan Santri-Santri Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari

Sel, 14 Februari 2023 | 15:45 WIB

Jaringan Pesantren di Pulau Jawa yang Didirikan Santri-Santri Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari

Foto KH Muhammad Hasyim Asy’ari (tengah) bersama KH Jazuli Usman (kiri) dan KH Dawam (kanan) di Mihrab Masjid Tebuireng sekitar tahun 1923. (Foto: Dok. Pesantren Lirboyo)

Jombang, NU Online

Sejak tahun 1899, Hadratussyekh KH Muhammad Hasyim Asy’ari (14 Februari 1871 - 25 Juli 1947) menaruh perhatian besar dalam pengajaran dan pendidikan umat di Indonesia dengan mendirikan Pesantren Tebuireng. Di Tebuireng, Kiai Hasyim mendidik dan mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan terutama bidang Agama kepada siapa pun yang membutuhkan.


Dalam buku Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari: Bapak Umat Islam Indonesia yang ditulis Akarhanaf alias Abdul Karim Hasyim (hlm 30) dijelaskan bahwa Pemerintah Jepang saat itu melakukan pencatatan terhadap jumlah kiai-kiai dan ulama yang pernah menjadi santri Kiai Hasyim Asy’ari, diketahui semuanya berjumlah 20.000 orang kiai yang tersebar di berbagai daerah.


Data yang dituliskan oleh Jepang tersebut bisa lebih besar lagi karena saat itu Pesantren Tebuireng dengan sosok KH Hasyim Asy'ari memiliki kajian rutin Shahih Bukhari dan Shahih Muslim setiap Ramadhan yang diikuti santri dari berbagai daerah.


Dalam riset Pondok Pesantren Tebuireng yang diterbitkan Majalah Tebuireng edisi 82 tahun 2022 dijelaskan, setidaknya ada 38 pesantren di Pulau Jawa yang didirikan oleh tokoh yang pernah belajar kepada KH Hasyim Asy'ari. Pesantren tersebut tersebar dari Jawa Timur hingga Banten, hanya di Yogyakarta dan Jakarta yang tidak ada pesantren yang didirikan santri KH Hasyim Asy'ari atau belum terlacak.


Pesantren yang didirikan santri KH Hasyim Asy'ari di Jawa Timur yaitu Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo, Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi, Pesantren As-Sunniyyah Jember, Pesantren Bangsalsari Jember, Pesantren Mambaul Hikam Putat Sidoarjo, Pesantren Darul Arqom Wonocolo Surabaya, Pesantren Darul Ubudiyah Raudlatul Muta'allimin Surabaya, Pesantren Raudlatun Nasyi'in Berat Mojokerto, Pesantren Sabilul Muttaqin Mojokerto.


Di Jawa Timur bagian barat ada Pesantren Nglawak Nganjuk, Pondok Ngujur Madiun, Pesantren Menara Tulungagung, Pesantren Lirboyo Kediri, Pesantren Ploso Kediri, Pesantren Darussalam Kencong Kediri.


Jawa Timur bagian selatan ada Pesantren Misbahul Wathan Malang (sekarang jadi MI, MTs, MA Ma'arif NU Singosari) dan Pesantren Asy-Syadzili Pakis Malang.


"Khusus di Jombang ada Pesantren Denanyar Jombang, Pesantren Seblak Jombang, Pesantren Walisongo Cukir Jombang, Pesantren Madrasatul Qur'an (MQ) Jombang, Pesantren Bogem Jombang," jelas Pemred Majalah Tebuireng Septian Pribadi, Selasa (14/2/2023).


Septian menambahkan, untuk wilayah Provinsi Jawa Tengah ada Pesantren Salafiyah Wonoyoso Kebumen, Pesantren Kyai Parak Bambu Runcing Temanggung, Pesantren API Tegalrejo Magelang, Pesantren Sirojuth Tholibin Brabo Grobogan, Pesantren Jaka Tingkir Salatiga, As-Syafi'iyyah Cendono Kudus, Yanbu'ul Qur'an Kudus, Pesantren Najahuth Tholabah Kudus.


"Pesantren Maslakul Huda Kajen Pati, Pesantren Raudlatul Ulum Guyangan Pati, dan Pesantren Al-Hidayat Lasem Rembang memiliki hubungan erat dengan KH Hasyim Asy'ari," ujar Septian.


Dikatakan dia, untuk wilayah Provinsi Banten ada instansi Nur El Falah di Serang. Sedangkan Jawa Barat ada Sirnamiskin Bandung, Al Baqiyatussholihat Cibarusah Bekasi, Dar At Tauhid Arjawinangun Cirebon.


Selain itu, ada juga santri KH Hasyim Asy'ari yang meskipun bukan pendiri pesantren, ia menjadi tokoh besar di pesantren tersebut seperti KH Abdul Wahab Chasbullah dari Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang.


"Miftahul Muta'allimin Babakan Ciwaringin ada di Jawa Barat," imbuhnya.


Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Salaf Al-Qur'an Syadzili, Desa Sumber Pasir, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang KH Abdul Mun'im Syadzili, sang ayah KH Ahmad Syadzili Muhdlor (1916-1991) belajar ke KH Hasyim Asy'ari atas perintah mertuanya KH Munawwar.


Saat belajar di Tebuireng, ketika Kiai Hasyim Asy'ari dawuh kepada para santrinya, waktu KH Hasyim Asy'ari harus mengucapkan ayat Al-Qur'an, Kiai Syadzili bagian bacakan ayat-ayat Al-Qur'an tersebut. Karena Kiai Syadzili sudah hafal Al-Qur'an sejak kecil


Cikal bakal Pondok Pesantren Salafiyah Al-Qur'an (PPSQ) Syadzili ada sejak Kiai Syadzili pindah ke Desa Sumber Pasir, Kecamatan Pakis tahun 1959 untuk menjadi guru ngaji atas permintaan tokoh masyarakat yang kaya bernama H Marzuki.


Saat itu Kiai Syadzili memiliki santri tidak lebih dari 40. Awalnya mengajar dengan metode cukup tegas dan cenderung keras. Lalu didatangi oleh KH Hasyim Asy'ari dalam mimpinya untuk jangan terlalu keras.

Selain itu, diminta fokus mengamalkan ilmu. Hal ini diceritakan oleh beliau ke istrinya (Hj Rahmah). Saat itu nama lembaga Pesantren Tarbiyah Tahfidzul Qur'an dengan bangunan masjid, ndalem, dan asrama kecil.


"Saya menemukan surat (tulisan Arab pegon) milik Kiai Syadzili yang dikirimkan ke Kiai Munawar (guru sekaligus mertua), berisi permintaan untuk beli kitab qiraat bernama Sirojul Qori'. Saya menduga bahwa Kiai Hasyim Asy'ari juga ahli qiraat," tandas Kiai Mun'im Syadzili.


Kontributor: Syarif Abdurrahman

Editor: Fathoni Ahmad