Nasional

Jihad saat Ini Perangi Kemiskinan, Kebodohan, dan Keterbelakangan

Sab, 24 Agustus 2019 | 12:30 WIB

Jihad saat Ini Perangi Kemiskinan, Kebodohan, dan Keterbelakangan

Rapat Senat Terbuka Peresmian Mahasiswa Baru dan Stadium General di IAIN Purwokerto. (Foto: Imam Kusnin Ahmad/NU Online)

Purwokerto, NU Online
Jihad hari ini bukan dengan memanggul senjata ke medan perang. Tetapi menggerakan pena untuk mencurahkan nalar kritis melahirkan karya intelektual dalam membangun peradaban. 
 
Penegasan tersebut disampaikan Muhammad Roqib saat memberikan amanat pada Rapat Senat Terbuka Peresmian Mahasiswa Baru dan Stadium General, Sabtu (24/8).
 
Rektor IAIN Purwokerto ini mengajak mahasiswa khususnya mereka yang baru menginjakkan kaki di kampus untuk melakukan jihad. 
 
“Jihad hari ini bukan mati di medan perang, tetapi hidup selalu di jalan Allah. Medan juang mahasiswa hari ini adalah memerangi kemiskinan, keterbelakangan dan kebodohan,” ungkap alumni UIN Sunan Kalijaga tersebut.
 
Roqib menerangkan ada dua istilah penting dalam Islam yaitu jihad dan ijtihad yang sangat dianjurkan. Jihad merupakan salah satu bentuk perjuangan memuliakan agama melalui upaya sungguh-sungguh secara fisik. Sementara ijtihad adalah upaya dengan mengarahkan daya nalar kritis dalam rangka memuliakan Islam melalui kerja intelektual. 
 
Di hadapan mahasiswa yang barus selesai mengikuti Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK), Roqib mengharapkan mahasiswa memiliki spirit man jadda wa jadda
 
“Siapa yang bersugguh-sunggu dia akan sukses dan kesungguhan adalah syarat mencapai kesuksesan,” tegasnya. 
 
Menurutnya, kesuksesaan tidak bisa diperoleh secara instan tetapi meniscayakan kompetisi secara terbuka. Karenanya siapapun yang berkualitas akan menjadi pemenang dan mengambil peran kesejarahan, sebaliknya yang tidak berkualitas hanya akan menjadi penonton. 
 
Dalam rangka mempersiapkan masa depannya, Ketua MUI Banyumas ini berpesan kepada mahasiswa untuk bersungguh-sungguh dalam proses studi dan aktif dalam berorganisasi.
 
Ruchman Basori Kasubdit Sarana, Prasarana dan Kemahasiswaan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Ditjen Pendidikan Islam yang bertindak memberikan stadium general mengatakan sulit dipahami kalau ada orang Banyumas atau wong penginyongan berpikiran radikal dan intoleran. 
 
Ruchman membawakan tema Menguatkan Moderasi Beragama dalam Spirit Budaya Penginyongan mengatakan bahwa egalitarianisme sebagai ciri “penginyongan” akan memperkuat pemahaman dan sikap moderat di masyarakat.
 
Menurut kandidat doktor Universitas Negeri Semarang tersebut, Banyumas tidak mengacu geografis sebuah kabupaten di Jateng bagian selatan semata. Tetapi menyangkut eksistensi kultural yang membentang di wilayah Kabupaten Kebumen, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Pekalongan serta Wonosobo bagian selatan.
 
“Secara kultural dan geografis budaya penginyongan akan memberi ruang gerak tumbuhnya moderasi beragama. Karenanya mahasiswa IAIN Purwokerto harus menjadi bagian penting untuk itu,” harapnya.
 
Mengakhiri kuliah umum, Ruchman berpesan kepada mahasiswa baru untuk belajar Islam dengan benar melalui sumber yang otoritatif dan menjadi mahasiswa yang cerdas dan kritis (critical thinking). 
 
“Menjadi warga media sosial yang sehat untuk melakukan counter narasi dan idiologi radikalisme dan intoleransi tidak kalah pentingnya,” tandas kata aktivis mahasiswa ’98 ini. 
 
Rapat Senat Terbuka dan Stadium General dihadiri lengkap anggota senat yang dipimpin Abdul Wahid, Wakil Rektor I Fauzi, Wakl Rektor II Ridwan dan Waki Rektor III Sulkhan Chakim, dosen dan civitas akademika IAIN Purwokerto. 
 
 
Pewarta: Imam Kusnin Ahmad
Editor: Ibnu Nawawi