Nasional

Mahasiswa Baru Harus Jadi Garda Terdepan Moderasi Beragama

Sab, 17 Agustus 2019 | 06:30 WIB

Mahasiswa Baru Harus Jadi Garda Terdepan Moderasi Beragama

Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) di Institut Agama Isalam Negeri (IAIN) Pekalongan, Jawa Tengah.

Pekalongan, NU Online
Islam menjadi agama rahmah bagi siapa saja, tidak terkecuali yang ada di luar agama Islam. Karenanya spirit cinta dan kasih harus tidak boleh hilang dari pesan-pesan agama yang tercermin dalam kehidupan.
 
Pernyataan itu dikatakan Ruchman Basori Kasubdit Sarana, Prasarana dan Kemahasiswaan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Ditjen Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI. Hal tersebut disampaikannya pada orasi kebangsaan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) di Institut Agama Isalam Negeri (IAIN) Pekalongan, Jawa Tengah.
 
“Pesan-pesan Islam yang rahmah kadang kurang muncul malah tergantikan oleh yang marah, yang merangkul tergantikan oleh yang memukul, karena ulah segelintir orang yang rigid dan salah memahami agama,” kata alumni IAIN Walisongo Semarang tersebut, Jumat (16/8).
 
Lebih lanjut dikatakan Ruchman, mahasiswa dengan pengetahuan dan kapasitas yang dimiliki, menjadi lapisan kelas menengah intelektual yang diharapkan berada di garda terdepan mengcounter paham-paham dan gerakan radikal. 
 
“Mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam atau PTKI termasuk IAIN Pekalongan mempunyai tanggungjawab menjadi juru bicara moderasi Islam, karena fitrahnya adalah moderat,” kata kandidat doktor Universitas Negeri Semarang ini.
 
Di hadapan mahasiswa baru yang notabenenya kelompok milenial, Ruchman berpesan agar belajar Islam dengan sungguh-sungguh pada para ahli yang otoritatif dan sumber-sumber keagamaan yang benar. 
 
“Sepertinya kalau urusan agama harus kita kembalikan kepada kiai, guru besar dan para dosen PTKIN yang alim dan mumpuni di bidang keagamaan,” tutur Ruchman.
 
Tidak lupa, dirinya mengajak kepada mahasiswa baru untuk tidak begitu saja menerima informasi dan ajaran keagamaan, tetapi harus dilakukan tabayun dan critical thinking
“Jadilah mahasiswa yang kritis dan menjadi bagian penting untuk mendesiminasikan gagasan dan paham Islam yang moderat,” urainya.
 
Mohamad Muslih selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama IAIN Pekalongan mengatakan PBAK bagi mahasiswa baru sangat penting dan strategis, karena dari situ akan mengenal dunia akademik dan kemahasiswaan dengan baik. 
 
“Untuk menjadi sarjana yang unggul harus paham benar tradisi dan kultur keilmuan yang dikembangkan sekaligus dinamika kemahasiswaan yang ada,” katanya.
 
Muslih memaparkan tahun akademik 2019/2020 IAIN Pekalongan menerima mahasiswa sejumlah 2.586 mahasiswa baru dan semuanya wajib mengikuti PBAK yang digelar sejak 14 hingga 16 Agustus. 
 
Nampak hadir mendampingi Kasubdit Sarpras dan Kemahasiswaan dalam orasi kebangsaan, Zaenal Mustakim selaku Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan.
 
Tampak pula Tsalis Syaifuddin selaku dosen FEBI, M Tabi’in dosen FITK, sejumlah pimpinan, Ketua SEMA, Ketua DEMA dan civitas akademika IAIN Pekalongan.
Mahasiswa PBAK digembleng dengan wawasan kebangsaan, moderasi beragama dan Islam nusantara, serta ihwal dunia kampus IAIN Pekalongan.
 
Di akhir acara diserahkan Bantuan Sarpras Kemahasiswaan dari Kasubdit Sarpras dan Kemahasiswaan kepada Ketua Dema Lukmman dan penyerahab buku-buku perpustakaan dari mahasiswa baru kepada kepada komunitas baca di masyarakat Pekalongan. (Imam Kusnin Ahmad/Ibnu Nawawi)