Nasional

Jumlah Swing Voters Pemilu 2024: 36 Persen Pemilih Berpotensi Ubah Pilihannya

Kam, 20 Juli 2023 | 13:00 WIB

Jumlah Swing Voters Pemilu 2024: 36 Persen Pemilih Berpotensi Ubah Pilihannya

Ilustrasi pemilih dalam pemilu. (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online

Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 akan berlangsung kurang lebih tujuh bulan lagi. Berbagai kemungkinan bakal terjadi secara dinamis, termasuk soal kemantapan pemilih dalam menentukan pilihannya. 


Perilaku pemilih dalam Pemilu 2024 beragam. Ada yang sudah mantap menentukan pilihannya untuk salah satu calon presiden tertentu, lalu ada juga yang sudah menyatakan pilihannya tetapi masih ragu-ragu sehingga akan mengubah pilihan apabila ada perkembangan berikutnya. Kelompok tersebut dinamakan swing voters atau massa mangambang.


Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) memiliki survei mengenai perilaku pemilih itu. Survei ini dilakukan pada Mei 2023 untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan para responden atau pemilih mengubah pilihannya? 


Dalam survei ini, SMRC menyediakan empat jawaban untuk para responden yaitu sangat besar kemungkinan, cukup besar kemungkinan, kecil kemungkinan, dan sangat kecil atau hampir tidak mungkin berubah pilihan. 


Hasilnya, ada 9 persen pemilih yang menyatakan sangat besar kemungkinan untuk mengubah pilihannya pada Pemilu mendatang. Kemudian 24 persen pemilih cukup besar kemungkinan berubah, 38 persen kecil kemungkinan, dan 26 sangat kecil atau hampir tidak mungkin berubah pilihan. Ada juga 3 persen pemilih yang menyatakan tidak tahu atau tidak menjawab. 


“Kalau dilihat secara umum, kita menemukan ada sekitar 33 persen (24 persen ditambah 9 persen) pemilih yang menyatakan sudah memilih itu mengatakan kemungkinan akan mengubah lagi pilihannya,” ungkap Pendiri SMRC Saiful Mujani dalam tayangan video di SMRC TV bertajuk Swing Voters Anies, Ganjar, dan Prabowo, dikutip NU Online pada Kamis (20/7/2023). 


“Kita menemukan yang relatif stabil (pemilih loyal) itu 64 persen, yang kurang mantap 33 persen, yang menyatakan tidak tahu/tidak bisa menjawab 3 persen. Jadi kalau dihitung, semuanya ada 36 persen, 33 persen dengan 3 persen (yang tidak tahu/tidak menjawab), itu kemungkinan akan berubah pilihannya ke depan,” lanjutnya. 


Selain itu, SMRC menghitung pula jumlah swing voters yang terdapat pada masing-masing bakal calon presiden yakni Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan. Sebanyak 73 persen pemilih pada bacapres Ganjar Pranowo menyatakan untuk tidak mengubah pilihannya atau hampir dipastikan tidak akan berubah pilihan. 


Sementara pemilih pada Anies Baswedan yang sudah mantap dan hampir dipastikan tidak akan mengubah pilihannya sebesar 61 persen. Kemudian ada 59 persen pemilih yang menyatakan takkan mengubah pilihannya pada pemilih Prabowo Subianto. 


“Jadi ada selisih yang signifikan antara pemilih Ganjar, dengan pemilih Anies dan Prabowo. Kalau Anies dan Prabowo kurang lebih sama, 61 dengan 59. Kalau Ganjar dengan Anies itu selisihnya sekitar 12 persen, itu signifikan. Demikian juga dengan Prabowo selisihnya 14 persen. Artinya, pemilih yang mantap itu lebih besar secara signifikan pada pemilih Ganjar Pranowo, dibanding pemilih Anies atau pemilih Prabowo,” jelas Saiful Mujani.


Kemudian pemilih yang kurang atau tidak mantap pada Ganjar Pranowo sebesar 26 persen, lalu pada Anies Baswedan sebesar 34 persen, dan Prabowo Subianto 39 persen. Menurut Saiful, pemilih Prabowo lebih dinamis dibanding dua kandidat bacapres lainnya. 


“Kalau dilihat dari perbandingan ini yang lebih dinamis itu pada pemilih Prabowo. Tapi dibanding pemilih Ganjar, pemilih Ganjar itu lebih mantap. Jumlah yang tidak mantapnya itu lebih sedikit (hanya 26 persen),” jelas Saiful Mujani. 


Poltracking Indonesia juga melakukan survei serupa, pada 9-15 April 2023. Jumlah sampel dalam setiap survei ini adalah 1.220 responden dengan margin of error 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara tatap muka dengan kuesioner terhadap responden yang telah terpilih secara acak. 


Dari survei itu didapat hasil berupa data kuantitatif mengenai potensi partisipasi pemilih dan kemantapan pilihan. Sebanyak 72,2 persen publik menyatakan akan pasti mencoblos pada Pemilu 2024. Namun ada 16,8 persen yang menyatakan belum pasti mencoblos dan 2,4 persen tidak akan mencoblos. 


Pada survei Poltracking Indonesia ini diperoleh juga hasil pemilih yang masih ingin mengubah pilihannya yakni sebanyak 66,7 persen. Sementara 17 persen lainnya mengatakan tidak akan mengubah pilihannya.


Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda AR, dalam keterangannya menyatakan bahwa posisi politik masih akan sangat dinamis ke depannya, baik menyoal elektabilitas capres-cawapres maupun partai politik. Berbagai kemungkinan bisa saja terjadi dalam Pilpres 2024. 


“Variabel cawapres dan komposisi koalisi, sangat menentukan perolehan suara pasangan capres-cawapres dan partai politik pendukungnya,” kata Hanta Yuda.