Nasional

Kader NU Dapat Menjadi Penguat dalam Penanggulangan Bencana

Rab, 25 Agustus 2021 | 02:00 WIB

Kader NU Dapat Menjadi Penguat dalam Penanggulangan Bencana

Bencana alam banjir di Cilacap Jawa Tengah pada 2020 lalu. (Foto: dok NU Online)

Jakarta, NU Online
Sebanyak 31 kader Nahdlatul Ulama dari berbagai wilayah mengikuti pelatihan koordinasi dalam penanggulangan bencana secara daring, Selasa (24/8/2021). Pelatihan ini merupakan bagian dari program Penguatan Ketangguhan Masyarakat dalam Menghadapi Covid-19 dan Bencana Alam (PKMM-CBA) Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) PBNU. Para peserta diharapkan menjadi penguat koordinasi stakeholder dalam upaya penanggulangan bencana di Indonesia.

 

Ketua LPBI PBNU, M Ali Yusuf mengatakan, penguatan koordinasi stakeholder dapat dilakukan dengan cara mempromosikan dan mengajak semua pihak untuk mendukung pengananan Covid-19, terutama yang terjadi di daerah. Prinsipnya, pengurus dan relawan LPBI NU harus menjadi penggerak dalam penguatan koordinasi multi-stakeholder, sebab konsep pentahelix yang diindikasikan dapat memperkuat koordinasi, hingga saat ini masih menjadi tantangan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, baik pra, saat, maupun pascabencana terjadi.

 

"Padahal, kompleksitas persoalan penanggulangan bencana harus ditangani secara sistematis oleh semua pihak melalui peran dan kontribusi yang terkoordinir, kolaboratif dan sekaligus terpimpin agar menghasilkan capaian-capaian yang efektif dan efisien dalam rangka memperkuat ketangguhan masyarakat," kata M Ali Yusuf saat membuka kegiatan.

 

Ali Yusuf menegaskan, program PKMM-CBA akan dilaksanakan oleh LPBI NU selama satu tahun ke depan, dengan menyasar pengurus Rukun Warga (RW) dan individu masyarakat. Para peserta akan dilatih keterampilan kampanye publik untuk memperkuat upaya pencegahan Covid-19, pembuatan update data warga terpilah berbasis geospasial, penyediaan dan pemanfaatan fasilitas pendukung pelaksanaan protokol kesehatan termasuk fasilitas karantina berbasis RW. Tak kalah penting, program PKMM-CBA juga memberikan paket bantuan kepada masyarakat yang terdampak Covid-19 khususnya kelompok rentan. 

 

Menurut Ali, LPBI NU berupaya menanggulangi bencana alam yang terjadi saat penanganan Covid-19 seperti banjir di Kalimantan, gempa di Sulawesi Barat dan Malang, dan siklon seroja di NTT. 

 

"Oleh karena itu, program PKMM-CBA akan melakukan pendampingan kepada masyarakat dan stakeholder di level desa untuk melakukan identifikasi ancaman bencana di level desa berikut upaya PRB yang harus dilakukan," tambahnya.

 

Setelah langkah tersebut mampu diefektifkan, barulah disusun SOP penanganan pandemi di level desa yang melibatkan semua kelompok masyarakat, termasuk kelompok rentan dan kelompok disabilitas.

 

Untuk diketahui, kader-kader NU yang menjadi peserta pelatihan merupakan tim pelaksana program dari Kabupaten Lamongan, Gresik, Kabupaten Sidoarjo, Pasuruan, Malang, Kotamadya Kediri (Jawa Timur), Kabupaten Buleleng (Bali) dan Kabupaten Lombok Barat (Nusa Tenggara Barat. Selama 4 hari para peserta mengikuti pelatihan dengan harapan dapat memperkuat koordinasi stakeholder dalam upaya penanggulangan bencana.

 

Perwakilan SIAP SIAGA Palladium, Lucy Dickinson, mengatakan pihaknya bersyukur dapat bersinergi dengan Nahdlatul Ulama melalui LPBI NU. SIAP SIAGA, kata dia, sangat mungkin membangun jejaring dan privilege selama bekerjasama dangan NU. 

 

"Sebagai program lanjutan, semoga pelatihan ini bisa semakin meningkatkan kapasitas tim LPBI NU dalam menjalankan dan mengaplikasikan materi pelatihan di lapangan nanti,” tuturnya.

 

Ketua PBNU, Juri Ardiantoro mengatakan, keluarga besar NU saat pandemi ini memiliki sumbangsih yang luar biasa, mulai dari pencegahan, pemberian bantuan bagi terdampak, penyaluran alat kesehatan dan membantu warga yang isolasi mandiri tersebar di semua wilayah. 

 

Peran penting LPBI NU dalam penanggulangan bencana termasuk penanganan Covid-19, lanjutnya, dapat dirasakan oleh penerima manfaat, karena menyasar langsung kelompok paling bawah (tingkat RW). Dan ini menjadi kunci keberhasilan dalam koordinasi di lapangan. 

 

Menurut Deputi IV Kantor Staf Presiden (KSP) ini, dalam 2 tahun terakhir pemerintah fokus dalam penanganan Covid-19, tidak terkecuali penanganan jangka panjang pascaCovid-19 mulai tahun depan. 

 

"Pola hidup baru yang harus segera disiapkan untuk menjadi kebiasaan kita pasca pandemi nanti," ujarnya.

 

Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Kendi Setiawan