Nasional

Katib Aam PBNU Kenang Tiga Wasiat Sang Ayah Sebelum Meninggal 

Sel, 8 Februari 2022 | 07:30 WIB

Katib Aam PBNU Kenang Tiga Wasiat Sang Ayah Sebelum Meninggal 

Katib 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Said Asrori (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Katib 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Said Asrori menyampaikan kisah wasiat ayahnya saat tiga hari menjelang wafat. Menurutnya, ada tiga hal penting yang disampaikan sang ayah ketika itu, yaitu tetap berpegang pada Ahlusunnah wal Jama'ah, tetap mengikuti NU, dan selalu menjaga kerukunan. 

 

"Beliau (sang ayah) berkata, ‘Hidup saya ini tinggal hari. Kalau sudah tiga hari, saya pamit. Saya cuma wasiat tiga hal. Satu, anak cucuku tidak boleh meninggalkan Ahlusunnah wal Jama'ah. Kedua, anak cucuku tidak boleh meninggalkan jam’iyah NU. Ketiga, apapun kondisinya, tetap hidup rukun," papar Kiai Said Asrori dalam acara 'Pekan Memorial Syekh Nawawi Banten' di The Sultan Hotel dan Residence, Gelora, Tanah Abang, Jakarta Pusat, pada Senin (7/2/2022). 

 

Pengasuh Pesantren Raudlatut Thullab, Wonosari, Tempuran, Magelang, Jawa Tengah itu juga menyampaikan kekagumannya pada pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan. Menurut dia, pesantren merupakan lembaga pendidikan terbesar di dunia yang telah berhasil mencetak tokoh-tokoh besar. 

 

"Di planet bumi ini, lembaga pendidikan terbesar ada di Indonesia namanya pondok pesantren. Dan itu pendidikan asli Nusantara. Dari pondok pesantren itu muncul tokoh-tokoh, para alim, para ulama," katanya.

 

Hadir sebagai narasumber dalam acara tersebut Habib Ahmad bin Novel bin Salim bin Jindan, Katib Syuriyah PBNU KH Abdul Moqsith Ghazali, A'wan PBNU Nyai Hj. Badriyah Fayumi, Wakil Ketua Umum PBNU KH Zulfa Mustofa, dan peneliti kajian Nusantara Ahmad Baso. 

 

Sebagai informasi, acara yang bertajuk ‘Kebangkitan Turats Nusantara dari Indonesia untuk Peradaban Dunia’ ini diselenggarakan oleh forum Nahdlatut Turats. 

 

Acara ini memiliki beberapa visi. Pertama, membangkitkan kembali ingatan, spirit dan kesadaran bangsa Indonesia masa kini terhadap kemegahan dan kebesaran leluhur ulama Nusantara di masa silam sebagai pewaris tradisi keilmuan Islam yang kaya.  

 

Kedua, memupuk pengetahuan dan menumbuhkan kepercayaan diri bagi generasi masa kini tentang warisan peradaban leluhur bangsa Indonesia masa silam sebagai bangsa yang besar dan tangguh yang menguasai khazanah keilmuan dunia Islam.  

 

Ketiga, menjadikan turats ulama Nusantara sebagai basis pijakan membangun identitas jati diri keislaman bangsa Indonesia menuju Indonesia yang unggul, tangguh dan berkarakter. 

 

Kontributor: Muhamad Abror
Editor: Kendi Setiawan