Nasional

Kemenag Sidoarjo Kunjungi Keluarga Korban Calhaj Paspor Filipina

Jum, 26 Agustus 2016 | 11:03 WIB

Sidoarjo, NU Online
Usai menunaikan sholat Jumat, Kepala Kemenag Sidoarjo H Ahmad Rofi'i mengunjungi rumah salah satu korban paspor Filipina di Desa Magersari Sidoarjo. Sementara keluarga korban calon jamaah haji asal Sidoarjo yang menggunakan paspor Filipina untuk menunaikan ibadah haji ke Arab Saudi ini meminta pemerintah agar segera berupaya memulangkan kedua orang tuanya.

"Keinginan orang tua saya adalah untuk menunaikan ibadah haji. Kalau masih bisa berangkat haji ya diberangkatkan saja. Tapi kalau tidak bisa, yang pulang saja," kata Risky saat ditemui NU Online di kediamannya di Desa Magersari Sidoarjo, Jumat (26/8).

Risky menjelaskan, kedua orang tuanya yang bernama Atmadji bin Sulaiman dan Sukamti binti Supardi awal mulanya mendapatkan tawaran dari KBIH Arofah yang berada di Pandaan Kabupaten Pasuruan untuk berangkat haji plus melalui Filipina dengan biaya 11 ribu dolar per orang.

Setelah mendapatkan tawaran itu, kedua orang tuanya tertarik untuk berangkat haji melalui Filipina. Selanjutnya, kedua orang tuanya menyetorkan uang senilai 4 juta untuk dam. Sebelum berangkat ke Filipina, sekitar 4-5 hari Atmadji dan Sukamti serta sejumlah rombongan KBIH Arofah ke Filipina untuk mengurus paspor Filipina.

"Rabu kemarin pemilik KBIH Arofah ke rumah bertemu dengan saya. Kami menanyakan tindak lanjutnya bagaimana. Pemilik KBIH juga melakukan hitam di atas putih bahwa pihaknya akan bertanggung jawab dan akan mengembalikan sejumlah uang tersebut," tambah Risky.

Di tempat yang sama H Rofi'i mengemukakan, berasal dari keinginan kuat kedua calon jamaah haji asal Sidoarjo ini keduanya mendapatkan tawaran dari guru majelisnya yang juga sebagai pemilik KBIH Arofah. Sementara kapasitas haji plus, KBIH Arofah tidak memilikinya, tetapi hanya memiliki haji reguler.

Rofi'i menambahkan, pemilik KBIH Arofah mendapatkan tawaran dari salah satu orang yang mengaku syekh asal Filipina dan mengaku bisa memberangkatkan haji. Sehingga sejumlah calon jamaah haji asal Sidoarjo dan Pasuruan itu ditawari dengan biaya 11 ribu dolar per orang.

"Pemilik KBIH ini masih ragu dengan salah satu syekh yang pernah ketemu dengannya di Jakarta sehingga pemilik KBIH ini ke Filipina untuk melihat di mana rumah syekh itu di Filipina. Setelah bertemu di Filipina, pemilik KBIH ini percaya dengan syekh tersebut," jelasnya.

Lebih lanjut Rofi'i mengatakan, ketika sampai di Filipina sejumlah calon jamaah haji asal Indonesia ini ditanya oleh petugas dengan memakai Bahasa Tagalog. "Karena yang ditanya ini orang Sidoarjo dan Pasuruan sehingga tidak mengerti bahasa tersebut akhirnya dicurigai dan ditangkap," ujarnya. (Moh Kholidun/Alhafiz K)