Nasional

Kesaksian Korban Selamat Tragedi Kanjuruhan: dari Gas Air Mata, Petasan, Terinjak-injak hingga Kuburan Massal di Gate 13

Rab, 5 Oktober 2022 | 06:45 WIB

Kesaksian Korban Selamat Tragedi Kanjuruhan: dari Gas Air Mata, Petasan, Terinjak-injak hingga Kuburan Massal di Gate 13

Suasana ricuh di Stadion Kanjuruhan Malang. Aparat keamanan terlihat menembakkan gas air mata di beberapa sudut termasuk ke tribun penonton. (ist)

Malang, NU Online

Sabtu, 1 Oktober 2022 menjadi catatan kelam dalam sejarah sepak bola Indonesia. Insiden yang merenggut 125 korban jiwa itu juga meninggalkan trauma mendalam bagi suporter Aremania yang hadir di lokasi salah satunya Ibnu (34). 


“Terlalu kelam kalau diceritakan tapi saya coba sampaikan realita di depan mata saya sendiri,  selebihnya saya tidak tahu. Tidak semua terekam jelas karena saat itu saya juga panik terkena gas air mata dan berusaha mencari pintu keluar,” kata Ibnu Kepada NU Online, Selasa (4/10/2022). 


Ibnu kemudian menceritakan kondisi yang terjadi di stadion dan detik-detik ia bersama rombongan Aremania wilayahnya berhasil lolos dari peristiwa kelam itu meski sempat mengalami semburan gas air mata. 


“Waktu itu saya dan tiga teman dari berbagai daerah hadir langsung ke stadion. Dari awal saya masuk stadion pertandingan berjalan aman, tidak ricuh apalagi suporter dari Surabaya juga tidak datang cuma kalau ada nyanyian yang rasis ini ya kami maklum karena musuh bebuyutan yang tanding,” tuturnya.


Usai laga berlangsung ia masih menunggu pemain yang tengah memberikan penghormatan kepada suporter yang hadir.


"Setelah pertandingan berakhir pemain Persebaya langsung masuk ke ruang ganti sementara pemain Arema masih di tengah lapangan membentuk lingkaran menunjukkan wajah lesu, kecewa dan minta maaf ke suporter," bebernya.


Melihat kondisi pemain Arema seperti itu, kata Ibnu, salah satu suporter dari arah tribun skor turun lapangan langsung memeluk pemain Silva dan pelatih Javier. Momen ini kemudian disusul suporter lainnya.


"Pihak polisi sempat melarang namun akhirnya satu per satu suporter turun hal itu yang kemudian memicu pihak keamanan untuk maju. Suporter dihadang, diserang polisi sempat mundur kemudian maju lagi karena banyaknya masa yang turun dari tribun, polisi kemudian mengeluarkan senjata gas air mata,” jelasnya. 


Namun beberapa menit berselang suasana di tengah lapangan sudah ramai banyak suporter yang turun dan ricuh dengan petugas keamanan.


“Posisi saya saat itu ada di tribun nomor 2. Saya saat itu masih menyaksikan pertandingan dari awal sampai selesai tapi tidak ikut turun. Semakin lama aksi polisi dan tentara semakin menjadi saja ada tentara yang main fisik sampai mengeluarkan gas air mata ke tribun padahal penonton di tribun tidak rusuh dan tidak ikut demo. Di situ juga banyak perempuan dan anak kecil,” terangnya.


Tak hanya gas air mata, polisi luncurkan petasan ke tribun

Ibnu mengungkapkan, pihak kepolisian tak hanya menembakkan gas air mata saja tetapi juga petasan ke arah tribun berkali-kali. Hal itu memicu kepanikan sehingga suporter menyelamatkan diri dengan bergerak ke arah pintu keluar stadion. Alih-alih bisa keluar cepat justru suporter saling berdesakan, terjatuh, dan terinjak-injak oleh suporter lain. 


“Kita mengamankan diri sendiri saja sudah berat karena efek gas air mata perih sekali, nafas juga gak bisa, pintu keluar juga nggak lebar kalau keluar paling dijejer untuk lima orang saja. Karena banyak dorongan yang ingin keluar sedangkan untuk menuju pintu harus bergantian akhirnya kami panik,” ungkapnya


Ibnu menuturkan saat mencoba keluar stadion ia dan suporter lain hanya mengandalkan sisa tenaga saja, badan lemas akibat gas air mata membrutal tepat di depan matanya belum lagi saat itu antarsuporter kisruh di tangga tribun menyebabkan sesama suporter saling dorong menuju pintu keluar. 


“Jadi di atas ada gas air mata, di bawah juga ada, di depan pintu keluar juga ada. Dari situ suporter bingung, ada yang matanya sakit dan sebagainya. Saya juga kondisi lemas hampir pingsan namun saya sempat ditolong orang. Saya keluar dari tugu ke stadion diobati diberikan air mineral sampai sekarang mata masih perih. Kedua teman saya bahkan sampai sekarang matanya masih merah, wajah pucat dan masih alami batuk,” bebernya.


Pintu keluar stadion terkunci, gate 13 jadi kuburan massal

Beredar rekaman detik-detik Aremania mencoba keluar dari stadion Kanjuruhan Malang saat asap gas air mata memenuhi tribun serasa diambang kehidupan ketika pintu keluar di gate 12 dan 13 terkunci rapat. Hal ini dibenarkan oleh Ibnu.


“Ada tiga belas pintu di stadion, pintu 12 dan 13 itu dikunci kondisi ini yang paling parah di situ. Saya nggak bisa berkata-kata lagi banyak korban berjatuhan di pintu keluar itu,” ujar Ibnu. 


Alasan polisi pakai gas air mata 

Sebelumnya, Menko Polhukam Mahfud MD menyampaikan alasan polisi menggunakan gas air mata kea rah penonton di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. Mahfud menyebut penggunaan gas air mata untuk memukul mundur suporter karena ada yang nekat ke lapangan hingga mengejar pemain.


Mahfud menyebut ada sekitar 2.000 orang turun untuk mengejar para pemain baik dari Arema FC maupun Persebaya. Oleh sebab itu, polisi menembakkan gas air mata.


“Ada yang mengejar Arema karena merasa kok kalah. Ada yang kejar Persebaya. Sudah dievakuasi ke tempat aman. Semakin lama semakin banyak kalau tidak pakai gas air mata aparat kewalahan akhirnya disemprotkan,” kata Mahfud di Jakarta, Ahad (2/10/2022).


Kontributor: Suci Amaliyah

Editor: Fathoni Ahmad