Nasional

Korban Tragedi Kanjuruhan Bripka Andik, Santri yang Miliki Usaha Budi Daya Ikan

Sel, 4 Oktober 2022 | 08:00 WIB

Korban Tragedi Kanjuruhan Bripka Andik, Santri yang Miliki Usaha Budi Daya Ikan

Almarhum Bripka Andik Purwanto yang wafat saat mengamankan laga Arema FC dan persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang. (Foto: NUO/Istimewa)

Tulungagung, NU Online 
Setiap tragedi kemanusiaan yang menghilangkan nyawa, selalu menyisakan luka mendalam. Anggota keluarga yang ditinggalkan harus menyeka air mata pertanda sedih lantaran tak dapat lagi bertemu dengan seseorang yang demikian berarti.


Hal itu juga yang dialami keluarga Bripka Andik Purwanto. Betapa tidak, anak yang demikian dibanggakan akhirnya harus meninggal saat menjaga pertandingan antara Persebaya Surabaya dan Arema FC di di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (01/10/2022) malam lalu.


Almarhum Bripka Andik Purwanto setiap harinya bertugas di Polsek Sumbergempol, Tulungagung, Jawa Timur. Yang istimewa dari sosoknya adalah dikenal memiliki perangai santri dan mempunyai kegemaran membudidayakan ikan di kediamannya. Sebuah perpaduan khas alumni pesantren.


Bripta Andik tercatat sebagai alumni Pondok Pesantren Al Mahrusiyah, Kediri dan lulus tahun 2004. Dan tempaan selama di pesantren tersebut yang membuatnya memiliki perangai yang menonjol khas pesantren yakni kesederhanaan dan semangat berwirausaha.


Hal tersebut dibenarkan Sekretaris Desa Bendiljati Wetan, Sumbergempol, Tulungagung, Yoyok Mubarok. Menurutnya, sosok Bripka Andik merupakan polisi yang tidak neko-neko. Yang juga menarik dari sosoknya yakni memiliki semangat menjadi pembudidaya ikan yang hal tersebut dilakukan sebagai persiapan kalau kelak pensiun. 


"Yang saya salut itu punya usaha, dia sudah memikirkan nanti usia sekian saya pensiun. Saya pensiun jadi apa. Dia sudah mikir  dengan memiliki usaha ikan," ungkap Yoyok Mubarok saat dikonfirmasi, Selasa (04/10/2022).


Dirinya mengisahkan, almarhum kebetulan bertugas di Bendiljati Wetan yang merupakan  daerah sentra ikan hias dan konsumsi patin gurami. Kesempatan tinggal di kawasan tersebut tidak disia-siakan dengan belajar kepada sejumlah kawan di Bendiljati Wetan termasuk dengan kepala desa dan dirinya.


"Kita sharing-sharing, jadi dia itu selain terima gaji untuk kehidupan rumah tangganya, punya celengan. Pokoknya waktu panen itu ya dia mengatakan 'mbetok celengan' (membedah tabungan) istilahnya.  Itu yang saya salut," terangnya.


Perihal banyaknya kolam yang dimiliki, Yoyok mengaku sepengetahuan dirinya ada dua buah kolam ikan yang dimiliki almarhum. Selebihnya belum tahu jika memiliki di luar Desa Bendiljati Wetan.


"Kalau ada gangguan ikan, sharingnya dengan saya. Kolamnya dia yang dekat rumah ada dua, terus lainnya saya tidak tahu karena di lain desa," paparnya.


Mantan Satkorcab Banser Tulungagung ini menjelaskan sosok Bripka Andik juga orang baik. Hal tersebut dibuktikan dengan perilakunya yang sopan, termasuk perangainya nan santun. Hal tersebut membuktikan bahwa jiwa santri almarhum masih terbawa dan menjadi pembeda meski sudah menjadi polisi.


"Model santrinya tidak hilang meski dia polisi. Ciri khas santrinya tidak hilang. Ya, tutur katanya enak, simpel, dan pokoknya orangnya baiklah," tandasnya.


Kedekatan dengan keluarga adalah yang demikian menjadi pertimbangan saat bertugas. Karenanya, Bripka Andik sempat berharap dipindah dari Polres Tulungagung ke Polsek Sumbergempol dengan alasan dekat dengan rumah. 


“Kedua, bertugas di reskrim sebagai penyidik cukup berat dan menyita banyak waktu,” ungkapnya.


Bripka Andik telah wafat bersama petugas dan ratusan pendukung Arema FC di Stadion Kanjuruhan Malang. Hingga kini, kasus tersebut terus diusut banyak pihak untuk ditemukan siapa yang paling bertanggung jawab sehingga menghilangkan nyawa ratusan orang, kerusakan bangunan dan fasilitas umum lain. 


Kontibutor: Madchan Jazuli

Editor: Syaifullah Ibnu Nawawi