Nasional

Ketika Bulan Ramadhan Disambut Sukacita Semua Agama di Maumere

Jum, 4 November 2022 | 13:30 WIB

Ketika Bulan Ramadhan Disambut Sukacita Semua Agama di Maumere

Nafi Himma bersama para masyarakat Sikka saat kegiatan pendampingan perempuan dari KPI Pusat. (Foto: dok. KPI Pusat)

Tidak hanya dikenal memiliki pantai-pantai yang eksotis dan berbagai budaya, suku, etnis, serta keanekaragaman kuliner, Kampung Wuring dan Kota Maumere, Nusa Tenggara Timur secara umum juga dikenal dengan kerukunan dan toleransi yang tinggi antarumat agama.

 

Di antara bagian dari Kabupaten Sikka, adalah Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat, yang juga dikenal sebagai kampung nelayan. Wilayah Alok Barat, merupakan bagian dari Kota Maumere, selain itu ada juga Kecamatan Alok dan Kecamatan Alok Timur. Sebab saat ini, daerah bernama "Maumere" sudah tidak ada dalam pembagian wilayah administratif Indonesia. Umumnya, tiga kecamatan tersebut yang dianggap sebagai wilayah "Kota Maumere".

 

Seorang warga asal Nangahure Lembah, Jalan Raya Maumere-Magepanda, Kelurahan Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, NTT, Ahmad Akbar mengaku perilaku saling menghargai tercermin dari kehidupan di lingkungannya sejak berabad-abad silam. Toleransi antarumat beragama di daerah yang mayoritas penduduknya memeluk keyakinan Katolik itu sudah terjalin sejak lama.


"Biasanya pada momen-momen hari besar agama, semua warga yang agamanya berbeda juga ikut menghargai dan menghormati perayaan. Bahkan, ketika umat muslim merayakan Lebaran maka umat Katolik yang melakukan penjagaan, sebaliknya saat umat Katolik beribadah di hari raya Paskah dan Natal, warga muslim ikut terlibat melakukan penjagaan di setiap gereja-gereja," ujar Akbar. 


Menurutnya, suasana kedatangan bulan suci Ramadhan tidak hanya disambut suka cita oleh umat Muslim, tapi juga umat-umat lain. Sudah menjadi budaya di Maumere ketika bulan puasa tiba jalan-jalan dihiasi ornamen lampion dengan warna-warni serta banyak para pedagang takjil yang berjajar.

 

Bagi pengunjung yang melintas baik dia umat muslim ataupun penganut agama lain dipastikan turut serta mengabadikan keseruan suasana yang ada hanya setahun sekali saat Ramadhan itu. Uniknya lagi, saat menjelang berbuka puasa tidak hanya umat muslim yang berburu takjil, banyak juga umat Katolik yang turut serta bahkan ikut berjualan, berbaur guyub tanpa sekat agama yang mengikat. 


"Meski penjualnya dari beragam agama, tapi saudara lain agama tahu apa saja larangan-larangan untuk umat Muslim. Makanya, kalau ada hajatan, pernikahan, makanan sengaja dipisah untuk umat Muslim sendiri, untuk agama yang lain juga disendirikan," ujar Akbar mengisahkan. 


Ditambahkan, seringkali kalau makanannya berupa daging yang haram dimakan untuk umat Islam, biasanya memakai wadah rotan atau wadah sekali pakai, jadi umat Muslim tidak khawatir perabot yang dipakai bekas wadah daging babi maupun anjing. "Intinya, saudara agama lain berupaya untuk membuat kami nyaman dengan hidangan yang disediakan," imbuhnya. 


Tidak hanya tenggang rasa masalah makanan, kerjasama antar agama juga sudah membudaya dan seakan membumi. Ketika hari raya besar, baik Natal, Paskah, Lebaran dan acara pernikahan, pengamanan dilakukan bergantian.

 

"Kalau Natal dan Paskah kami yang berjaga, kalau Lebaran yang melakukan pengamanan dari agama lain. Kalau Lebaran, ya kami saling berkunjung ke rumah-rumah tanpa memilah-milah agama yang dianutnya apa, begitu juga saat Natal," ujar pria berdarah Bugis ini.


Senada disampaikan Nafi Himmah, anggota Koalisi Perempuan Indonesia Bojonegoro yang pernah melakukan tugas kantor di Maumere. Dia merasa kerukunan antarumat beragama terlihat jelas dari keramahtamahan dan sikap setiap warga. 


"Contohnya kalau ada pesta, mereka menyiapkan dua menu makanan dan dipisah buat orang muslim dan non-muslim. Mereka juga saling menjaga saat upacara keagamaan. Karena di sana sangat menghargai keberagaman dan perbedaan, jadi agama tidak pernah menjadi persoalan karena disana itu mereka paham kalau kita ini hidup di Indonesia," paparnya. 


Nafi mengaku selama dia beraktivitas di beberapa wilayah di Maumere bahkan sering menginap di rumah warga di sana, untuk menghargai tamu, masyarakat lebih memilih menu ikan. "Kalau menu ayam biasanya kita diminta yang potong ayamnya sendiri, karena mereka tahu kalau dalam Islam potong ayam ada doa dan caranya sendiri," ujar perempuan yang akhirnya dipersunting orang asli NTT ini. 


Warga berbeda agama di sana juga sering bertanya apa yang tidak boleh dimakan dan apa yang perlu dipersiapkan ketika umat Muslim sembahyang. "Kalau biasanya saat makan bersama, mereka ada doa dulu, dan pasti mereka meminta izin dan minta maaf kepada saya yang muslim, sungguh benar-benar menghargai dan menghormati perbedaan," pungkasnya. 


Dikutip dari Gatra, implementasi toleransi ini pun tampak seperti saat pelaksanaan Shalat Idul Adha pada tahun 2019 lalu yang bertepatan dengan hari Ahad, yakni saat umat Kristen juga melaksanakan ibadah mingguan mereka.

 

Saat itu, umat Kristen Protestan Gereja Masehi Injili Timor (GMIT) Calvari Maumere sepakat menunda jam ibadah mereka yang seharusnya dilaksanakan pagi pukul 07.00 WITA ditunda menjadi pukul 09.00 WITA karena lapangan yang lokasinya berada di depan gereja dipakai Shalat Idul Adha. 


"Bahkan pemuda gereja ikut menjaga umat Islam dari 5 mesjid di Maumere dan sekitarnya yang sejak pukul 05.30 WITA sudah memenuhi lapangan didepan gereja. Luar biasa. Ini tolerasi antar umat beragama di NTT. Kami bangga diberi kesempatan sholat di depan gereja. Momen begini juga sudah sering dilakukan sesama umat beragama di NTT. Karena itu yang begini harus terus dipelihara, dipupuk untuk kebersamaan,” kata Mustasyar PBNU, KH Abdul Kadir Makarim, yang saat itu menjabat sebagai Ketua MUI NTT.

 

Kabupaten Sikka terletak antara 80 22’ sampai dengan 8050 derajat Lintang Selatan dan 121º 55' 40" sampai 122º 41' 30" Bujur Timur. Kabupaten Sikka merupakan daerah kepulauan dengan total luas daratan 1.731,91 km2. 


Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sikka tahun 2021, penduduk kabupaten ini pada berjumlah 321.953 jiwa (2020) dengan kepadatan 186 jiwa/km². Secara administratif ada 21 kecamatan termasuk dalam wilayah Sikka, yang sebagian besar berada di pulau Flores, ada sebagian lagi di pulau Palue, ada juga pulau-pulau sedang dan kecil. Total ada sekitar 18 pulau yang masuk daerah Sikka, yang terdiri 9 pulau berpenghuni dan sisanya tidak berpenghuni.

 

Penulis: Nidlomatum MR

Editor: Fathoni Ahmad

 

===================

Liputan ini hasil kerja sama dengan Biro Humas, Data, dan Informasi Kementerian Agama RI