Nasional

Ketum ISNU Ungkap KH Ahmad Bagdja Pengader Aktivis Telaten

Kam, 6 Februari 2020 | 13:00 WIB

Ketum ISNU Ungkap KH Ahmad Bagdja Pengader Aktivis Telaten

PBNU menggelar shalat jenazah atas wafatnya KH Ahmad Bagdja, Kamis (6/2). (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online
Berpulangnya KH Ahmad Bagdja, Kamis (6/2) pukul 01.09 WIB di RS Jakarta Medical Center (JMC), menyisakan duka bagi para kader NU. Salah satunya, Ketua Umum ISNU Ali Masykur Musa. Sebagai sesama mantan Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII), ia merasa memiliki kedekatan emosional.
 
"Kak Ahmad Bagdja, begitu biasa saya memanggil beliau, lahir di Kuningan, Jawa Barat 1943, adalah tokoh NKK/BKK dari IKIP Jakarta sebagai penggerak dan organisatoris ulung," kata Ali Masykur Kamis (6/2) siang.
 
Cak Ali, begitu Ali Masykur Musa akrab disapa, Ketua Umum PB PMII 1991-1994, pernah dan merasa dikader oleh Kiai Ahmad Bagdja yang menjadi Ketua Umum PB PMII 1982-1985. "Saya yakin ini juga dirasakan oleh kader pergerakan lainnya, karena Kak Bagdja adalah sosok pengader atau mentor ulung, sabar, dan telaten," ungkapnya.
 
Menurut Cak Ali, Kiai Ahmad Bagdja di dunia Pergerakan Kemahasiswaan merupakan mentor dan penggerak aktivis mahasiswa yang sabar dan telaten. Ia sangat terkenang akan kiprah dari sosok tokoh yang berpembawaan tenang itu.
 
"Beberapa kenangan penting dari saya pribadi tentang sosok Kak Ahmad Bagdja adalah konsistensi dalam pengabdian di NU. Karena itu, Kak Bagdja pernah menjadi Sekjen PBNU saat dipimpin Gus Dur," tuturnya.
 
"Hampir seluruh hidupnya didedikasikan untuk perjuangan NU demi negara dan bangsa Indonesia, keislaman, dan kebangsaan," sambung Cak Ali.
 
Pria kelahiran Tulungagung, 12 September 1962 ini menilai, Kiai Bagdja adalah sosok berjiwa besar dan bermimpi tinggi agar kader bangsa harus tetap memiliki jiwa juang yang ideal. “"Kak Bagdja sangat anti terhadap kader yang pragmatis," tandasnya.
 
Sejak berdirinya ISNU, melalui Kongres I yang dipimpin Cak Ali, Kiai Bagdja menjadi Wakil Ketua Dewan Pembina. Karena itu Cak Ali merasa kehilangan tokoh pembina yang santun, sabar dan ideal. Pihaknya meminta kepada seluruh kader ISNU di seluruh Indonesia untuk menggelar sholat ghaib.
 
"Saya minta seluruh kader untuk mendoakan agar amal kebajikannya diterima Allah Swt dan dosanya diampuni. Kepada keluarga yang ditinggalkan semoga diberi kesabaran dan ketabahan," pungkas Cak Ali.
 
Pewarta: Musthofa Asrori
Editor: Kendi Setiawan