Nasional

Ketum PBNU: NU Harus Membawa Maslahat bagi Semua 

Jum, 18 Februari 2022 | 15:15 WIB

Ketum PBNU: NU Harus Membawa Maslahat bagi Semua 

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya). (Foto: Syakir NF/NU Online)

Bangkalan, NU Online 

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menegaskan bahwa NU harus membawa maslahat bagi semua kalangan, tanpa memandang latar belakang. Menurutnya, laksana sebuah cahaya, NU menerangi setiap sudut yang ada.

 

“NU harus sungguh-sungguh membawakan maslahat bagi semua tanpa terkecuali. Tanpa peduli perbedaan latar belakang apapun,” kata Gus Yahya pada malam puncak Harlah ke-99 NU di Pesantren Syaichona Cholil Demangan, Bangkalan, Pulau Madura, Jawa Timur, Kamis (17/2/2022) malam.

 

Lebih lanjut, pria kelahiran Rembang, Jawa Tengah itu memaparkan bahwa hal itu sebagaimana dikatakan dalam Al-Qur’an surat An-Nur ayat 35 berikut:

 

Allāhu nûrus-samāwāti wal ardh, matsalu nûrihî kamisykātin fīhā miṣbāh, al-miṣbāḥu fī zujājah, az-zujājatu ka`annahā kaukabun durriyyuy yụqadu min syajaratim mubārakatin zaitụnatil lā syarqiyyatiw wa lā garbiyyatiy yakādu zaituhā yuḍī`u walau lam tamsashu nār, nụrun 'alā nụr.

 

Artinya: ‘Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis).'

 

Menurut Gus Yahya, ayat tersebut pernah diberikan Syaikhona Kholil kepada Hadratussyekh KH M Hasyim Asya’ri sebagai isyarat akan berdirinya NU, sebuah organisasi mampu menebar manfaat bagi semua laksana cahaya.

 

“Saya sangat menyukai ayat ini, terutama ketika saya berpikir tentang NU. Apa yang saya katakan ini bukan tafsir, tapi sekadar cara saya membangun nalar tentang kedudukan NU di tengah-tengah gejolak sejarah dan peradaban manusia,” terang Gus Yahya.

 

Kata ‘misykat’, jelas Gus yahya, berarti ceruk yang diibaratkan anggota NU. Sedangkan ‘misbah’ (pelita) ibarat organisasinya (NU). Agar cahaya pada pelita kuat dan stabil, maka perlu ‘zujaj’ (kaca pelindung atau corong). ‘Zujaj’ ini laksana tatanan organisasi bagi NU. Artinya, jika tatanannya kuat, maka peran NU dalam mengayomi umat juga tetap terjaga.

 

Berikutnya, kata lā syarqiyyatiw wa lā garbiyyatin pada ayat di atas diartikan seluruh penjuru arah. Artinya, selama sebuah titik disebut syarqiyah (timur), pasti dia juga dikatakan gharbiyah (barat). Di mana pun satu titik disebut gharbiyah, pasti dia juga syarqiyah.

 

“Bangkalan ini adalah syarqiyah dalam perspektif Surabaya, tapi gharbiyah dalam prespektif Mataram (NTB). NTB itu gharbiyah dalam perspektif NTT, tapi jelas syarqiyah dalam perspektif Madura,” imbuhnya.

 

Berangkat dari uraian di atas, Gus Yahya menyimpulkan bahwa manfaat NU bersifat universal laksana cahaya.

 

Sebelumnya, Gus Yaha pernah menyampaikan, alasan dipilihnya Bangkalan sebagai lokasi puncak Harlah adalah untuk menyuplai energi spiritual di tubuh NU dalam membangun peradaban.

 

Sebagaimana diketahui, Bangkalan merupakan tempat Syekh Kholil Bangkalan, sosok yang dimintai nasihat dan dukungan spiritual oleh Hadratussyekh KH M Hasyim Asy’ari sebelum mendirikan NU.

 

“NU membutuhkan energi spiritual yang kokoh karena NU bukan hanya akan berurusan dengan dinamika fisik, tapi juga dinamiki-dinamika sosial dan mental dari seluruh pergulatan umat manusia di seluruh dunia,” kata Gus Yahya dalam rangkaian Harlah ke-96 NU di Hotel Meruora Labuan Bajo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi NTT, Sabtu (5/2/2022) lalu.

 

Kontributor: Muhamad Abror
Editor: Aiz Luthfi