Nasional

Rais Aam PBNU Kenang Tongkat Syaichona Cholil di Puncak Harlah Ke-99 NU 

Jum, 18 Februari 2022 | 01:30 WIB

Rais Aam PBNU Kenang Tongkat Syaichona Cholil di Puncak Harlah Ke-99 NU 

Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar. (Foto: Syakir NF/NU Online)

Bangkalan, NU Online

Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar mengenang tongkat disertai tasbih Syaichona Cholil yang diberikan kepada Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari pada malam puncak Harlah Ke-99 NU di Pesantren Syaichona Cholil Demangan, Bangkalan, Pulau Madura, Jawa Timur, pada Kamis (17/2/2022) malam.

 

Pengasuh Pondok Pesantren Miftsachus Sunnah, Surabaya itu menyampaikan, tongkat dan seutas tasbih tersebut memuat sejumlah isyarat penting yang menjadi cikal bakal berdirinya NU. Hal itu juga ditegaksan dengan disertainya Al-Qur’an surat Taha ayat 17-23.

 

“Semua isyarat-isyarat tersebut merupakan embrio untuk melahirkan sebuah jamiyah mardhiyah (yang diridhai) yang luar biasa saat ini,” katanya.

 

Tongkat tersebut, lanjut Kiai Miftach, memiliki kemiripan dengan tongkat Nabi Musa. Jika tongkat Nabi Musa bisa menjadi ular besar untuk menumpas kezaliman Fir’aun dan para penyihir, demikian pula tongkat Syaichona Cholil yang digunakan KH Hasyim sebagai simbol untuk memberantas kezaliman dan menebar maslahat pada zamannya hingga saat ini.

 

“Tongkat yang dikirimkan Syaichona Cholil kepada Mbah Haysim sudah pernah ‘berubah menjadi ular’ di saat ada pemberontakan, semua diunjukkan kesaktian-kesaktiannya bahkan dengan resolusi jihadnya,” ujar kiai kelahiran Surabaya, Jawa Timur itu.

 

Lebih lanjut, Kiai Miftach mengungkapkan bahwa ia sebenarnya merasa segan untuk berbicara dalam acara yang dihelat di tanah kelahiran Syaichona Cholil Bangkalan itu, ulama besar yang menginisiasi berdirinya NU. Sebab, Kiai Miftach menganggap Syaichona Cholil ikut hadir dalam malam puncak Harlah tersebut dan menyaksikan semuanya.

 

“Oleh karena itu, saya sebetulnya ada grogi karena masuk ke sebuah wilayah di mana Kiai Cholil membangun dakwah dan perjuangannya di bumi (ini). Hati ini menjadi beku, lisan ini menjadi kelu,” katanya.

 

“Beliau (Syaichona Cholil) di alam barzah melihat, bahkan bukan di sini saja, di mana pun berada, karena alam barzah itu alam yang sangat luas. Bumi atau dunia ini ibarat (hanya) setitik atau segelas yang mana semua makhluk ada di dalamnya,” imbuh Kiai Miftach.

 

Kiai Miftach juga menegaskan bahwa Nahdlatul Ulama merupakan organisasi terbesar di dunia dan akhirat. Sebab, selain memiliki anggota sangat banyak, sampai anggota tersebut meninggal pun masih tercatat karena mereka tetap ditahlili dan didoakan.

 

“Dalam AD/ ART nggak ada (anggota NU) yang meninggal dicoret dari keanggotaan. Bahkan begitu ada yang meninggal dunia, dibacakan fatihah untuk anggota NU yang meninggal dunia. Kalau ini dijumlah, (NU) terbesar dunia akhirat,” seloroh Kiai Miftach.

 

Dalam kegiatan tersebut turut hadir untuk memberi sambutan Pengasuh Pondok Pesantren Syaichona Moh Cholil KH Fakhrillah Aschal, Gubernur Jawa Timur Hj Khofifah Indar Parawansa, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, dan Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin.

 

Kontributor: Muhamad Abror
Editor: Aiz Luthfi