Nasional

KH Afifudin Dimyathi Jelaskan Tiga Peran Besar Syekh Kholil Bangkalan

Sen, 7 Juni 2021 | 20:00 WIB

KH Afifudin Dimyathi Jelaskan Tiga Peran Besar Syekh Kholil Bangkalan

Pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan (Foto: dok istimewa)

Jombang, NU Online 
Katib Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Afifudin Dimyathi menjelaskan tiga peran besar Syaikh Kholil Bangkalan dalam bidang agama, pesantren, dan negara. Pertama, dalam bidang agama, Syaikh Kholil sebagai rujukan ulama Indonesia bahkan dunia serta menjadi penghubung ulama Indonesia dan Haramain.


Gus Awis, sapaan akrabnya mengatakan Syaikh Kholil berhasil melahirkan ulama sekaligus pemimpin besar di berbagai keahlian seperti Kiai Hasyim Asy’ari yang terkenal di bidang hadits, Kiai Wahab Chasbullah dalam pergerakan politik dan negara, Kiai Bisri Syansuri dalam bidang fiqih, dan Kiai Romli dalam bidang tasawuf.

 
"Inilah kelebihan Syaikh Kholil dalam keilmuan agama yang didistribusikan kepada para santrinya," kata Gus Awis saat menjadi narasumber dalam acara seminar nasional bertajuk Sejarah Turots Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan, Senin (7/6).

 
Ia menyebutkan Syaikh Kholil sosok yang sangat peduli terhadap penyebaran ilmu keagamaan. Hal ini ditunjukkan dari tulisan Syaikh Kholil di berbagai bidang seperti tauhid, fiqih, nahwu shorof, tajwid, tafsir, dan ahlak. 


Selain itu, sambungnya, Syaikh Kholil telah menghubungkan jaringan intelektual Indonesia dan Haramain seperti Syekh Khotib Syambas yang kemudian keilmuan dari guru-guru Haramain itu disebarkan di Indonesia.


Kedua, dalam dunia pesantren. Gus Awis menyatakan jaringan pesantren di Nusantara sebagian besar intisab (ikrar) kepada Pesantren Syaikhona Kholil. Tidak hanya itu berkat Syaikh Kholil hingga kini pesantren mampu bertahan di segala zaman meskipun menghadapi berbagai tantangan. 


Gus Awis juga mengungkapkan kontribusi Syaikh Kholil dalam mengembangkan kurikulum pesantren. "Sebelum tahun 1888 masehi kurikulum pesantren tidak ada yang mencolok. Namun, setelah ada karya Syaikh Nawawi, Syaikh Khotib Syambas dan Syaikh Mahfud Termas yang dibawa dan diajarkan Syaikh Kholil ke Indonesia menjadi desain baru pada kurikulum pesantren," jelasnya.


Dalam merekatkan pesantren dan tasawuf, Syaikh Kholil intisab (ikrar) kepada Syekh Khotib Syambas melalui baiat Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandi dan bisa diterima di berbagai pesantren. "Ini menandakan bahwa tasawuf menjadi amaliah yang bisa diterima," ujarnya.


Ketiga, peranan Syaikh Kholil dalam kehidupan negara banyak melahirkan santri yang menjadi pejuang bahkan ditetapkan menjadi pahlawan. "Secara langsung kita tidak bisa melihat perjuangan Syaikh Kholil dalam kemerdekaan tahun 1945 karena ia wafat tahun 1925. Tetapi, kontribusi dalam perjuangan kemerdekaan sangat jelas dan nampak," ucap Gus Awis.


Bukti otentiknya adalah tulisan tangan yang terekam dalam berbagai macam manuskrip Hubbul wathan minal iman yang menunjukkan benang merah perjuangan Syaikh Nawawi Al Bantani saat mengecam penjajahan dan kolonialisme Indonesia kemudian dilanjutkan oleh Syaikhona Kholil.
 

Syaikhona juga sangat memberi pengaruh kepada para muridnya termasuk ketika Soekarno dan HOS Tjokroaminoto datang ke kediaman Syaikh Kholil. Gus Awis mengisahkan, saat itu di hadapan Soekarno, Syaikh Kholil berkata bahwa Soekarno akan menjadi tokoh besar. 

 

"Ini menjadi mata rantai persambungan antara usaha Syaikh Kholil dalam mewujudkan kemerdekaan di negeri ini," tegasnya.

 

Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Kendi Setiawan