Nasional

KH Ma'ruf Amin Lelang Sorban untuk Bantu Korban Musibah NTB dan Sulteng

NU Online  ·  Sabtu, 20 Oktober 2018 | 06:00 WIB

KH Ma'ruf Amin Lelang Sorban untuk Bantu Korban Musibah NTB dan Sulteng

Mustasyar PBNU KH Ma'ruf Amin

Jakarta, NU Online 
Mustasyar PBNU KH Ma’ruf Amin melelang sorban miliknya untuk membantu korban musibah di Lombok, Nusa Tenggara Barat dan Palu, Sulawesi Tengah. Sorban itu dilelang dalam acara Festival Nasyid Nusantara yang digelar di Istora Senayan, Jakarta, Sabtu (20/10). 

"Sorban ini sudah lama sekali. Sering saya pakai," ujar Ma'ruf di Istora Senayan, Sabtu, 20 Oktober 2018, sebagaimana dilaporkan viva.co.id.

Masih menurut Viva, harga jual sorban itu dibuka dengan harga Rp30 juta. Pada akhirnya, serban laku dengan harga Rp125 juta oleh seorang pria bernama Nasyith Majidi.

"Sorban (ini) tentu saja bisa merupakan bagian dari identitas, tapi ini juga ada berkahnya Pak Kiai. Semoga ini berkah bagi kita semua dan kesatuan bangsa," katanya.

Kiai Ma'ruf adalah Rais Am PBNU periode 2015-2020 sekaligus Ketua Umum MUI untuk periode yang sama persis. Dua posisi puncak yang dijabat secara sekaligus ini jarang dimiliki banyak orang. Ulama yang mendapatkan posisi yang sama sebagaimana KH MA Sahal Mahfudh.

Namun, Kiai Ma’ruf Amin resmi mengundurkan dari Rais Aam PBNU pada Rapat Pleno Sabtu (22/9). Sebagai penggantinya adalah KH Miftachul Akhyar yang sebelumnya sebagai wakil rais aam. Kiai Ma’ruf mundur setelah ia ditetapkan sebagai calon wakil presiden mendampingi calon presiden Joko Widodo. 

Terkait pengunduran dirinya, menurut Kiai Ma’ruf adalah hijrah dalam konteks yang lebih luas, yang sebelumnya mengurusi NU, hendak turut serta dalam mengelola negara dengan menjadi seorang calon wakil presiden mendampingi Joko Widodo.    

“Saya dididik di lingkungan pesantren yang memegang teguh keyakinan bahwa apabila bangsa dan negara memanggil untuk mengabdi, maka siapa pun harus tunduk dan patuh,” katanya pada pidato pengunduran dirinya. 

Sebagai seorang kader NU, sebelum menerima jadi cawapres, ia berkeliling menemui para kiai sepuh, meminta petunjuk dan arahan. Ternyata mereka menyetujui dan mendukungnya. 

"Saya meminta arahan dan saran dari banyak masyayikh dan para kiai. Semua menyarankan agar saya menerima panggilan tersebut (jadi cawapres) karena hal itu merupakan kesempatan terbaik untuk membawa manhajul fikr dan manhajul harakah NU ke ranah yang Iebih luas, yaitu ranah berbangsa dan bernegara,” jelasnya. (Abdullah Alawi)