Nasional

KH Miftachul Akhyar Ingatkan Peserta Rakernas tentang Dua Pusaka NU

Jum, 25 Maret 2022 | 11:53 WIB

KH Miftachul Akhyar Ingatkan Peserta Rakernas tentang Dua Pusaka NU

Rais 'Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Di era disrupsi yang serba tidak menentu tanpa kejelasan, banyak tokoh, guru, ustadz, hingga kiai termakan oleh kabar hoaks. Karenanya, klarifikasi atau tabayun harus menjadi pegangan umat.


Hal tersebut disampaikan Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PBNU dan Pengukuhan Lembaga dan Badan Khusus PBNU masa khidmah 2022-2027 di Aula Institut Agama Islam Cipasung (IAIC) Singaparna, Tasikmalaya, Jawa Barat, Kamis (24/3/2022) malam.


Pertama, pusaka tabayun yang dulu dimiliki para sesepuh-sesepuh kita, tidak semua berita yang kita terima lalu kita sebarkan, tetapi harus ada tabayun. Betapa perjuangan banyak mengalami kekalahan, bahkan sebelum berjuang karena tidak mau bertabayun,” kata Kiai Miftach.


“Mulai sekarang, berita apapun harus selektif. Apapun harus kita teliti,” lanjut Pengasuh Pondok Pesantren Miftachussunnah, Surabaya, Jawa Timur itu.


Kedua, pusaka NU adalah sami’na wa atha’na (kami mendengar dan kami menaati). Apapun yang sudah menjadi keputusan pimpinan di semua tingkatan harus dipatuhi dan dijalankan.

 

“Kalau itu keputusan bahkan hasil kesepakatan yang telah dirapatkan, maka tiada kata kecuali mengatakan sami’na wa atha’na,” kata Kiai Miftach.


Kiai Miftach menegaskan, bahwa hal tersebut bukan sekadar kata-kata, tetapi juga kata-kata dan perbuatan. “Ini bukan sekadar silat lidah, tetapi sesuatu yang nyata pada diri,” ujar dia.


Oleh karena itu, Rais 'Aam berharap agar para pengurus lembaga dan badan khusus dapat melahirkan karya nyata yang memberikan dampak pada kesejahteraan umat. Ia meyakini, bahwa tanda kesejahteraan itu sudah tampak.


“Di tangan andalah, amanat yang besar ini, kesejahteraan umat yang sampai sekarang kita ini masih mengalami kesulitan-kesulitan tapi insyaallah ada tanda-tanda dengan puasa kita yang berpuluh-puluh tahun, puasa melarat, puasa miskin, puasa menjadi mustadhafin, ini akan segera kita songsong dengan hari raya kesejahteraan kita bersama,” katanya.


Kiai Miftach menegaskan bahwa berkemampuan finansial, kuat dalam ekonomi sangat penting di akhir zaman ini. Hal ini agar dapat menjadikan organisasi mampu dan lebih dihormati orang lain.


“Orang lain merendahkan kita karena melihat kita ini tidak berkemampuan. Bahkan mereka menginginkan seperti ini seterusnya. Mereka tidak menginginkan NU bubar. Mereka tidak menginginkan NU ini mati. Biar NU ini hidup terus, tetapi kondisinya tetap seperti ini karena mereka akan mengeruk keuntungan-keuntungan dari keberadaan kita ini,” terang dia.


“Kapan lagi kalau tidak sekarang. Kapan lagi kalau tidak periode ini. Semoga berhasil dan sukses,” tandas Kiai Miftach.


Pewarta: Syakir NF

Editor: Fathoni Ahmad