Nasional

KH Miftachul Akhyar Kisahkan Orang Miskin dan Kaya Peminta-minta

Sel, 6 Februari 2024 | 16:00 WIB

KH Miftachul Akhyar Kisahkan Orang Miskin dan Kaya Peminta-minta

Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar. (Foto: tangkapan layar Youtube Multimedia KH Miftachul Akhyar)

Jakarta, NU Online

Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar mengatakan bahwa seseorang yang cerdas yaitu individu yang tahu ke mana harus mengadu ketika dalam kesulitan, tak terkecuali dalam masalah rezeki.


"Imam Muhammad 'Abid al-Sindi dalam kitabnya pernah menceritakan, dulu pernah ada seseorang fakir dan miskin yang cerdas ketika mendapatkan kesulitan dalam rezeki memilih minta kepada Allah daripada ke orang kaya," jelas Kiai Miftach dikutip dari Youtube Multimedia KH Miftachul Akhyar, Selasa (6/2/2024).


Ulama asal Surabaya ini menceritakan, dulu ada seorang fakir miskin yang sedang mengalami kelaparan. Ia kemudian bermaksud mengunjungi rumah orang kaya di daerahnya untuk meminta sedikit bantuan.


Sesampainya di rumah orang kaya tersebut, si miskin menemukan pemilik rumah sedang berdoa meminta banyak hal. Meminta harta, keselamatan, ketenangan dan lain sebagainya.


"Ternyata saat itu orang kaya sedang berdoa mengangkat tangan, minta ini dan minta itu," terang KH Miftachul Akhyar.


Si miskin yang dari tadi mengamati aktivitas orang kaya tersebut kemudian terdiam dan berpikir keras. Ternyata orang kaya juga meminta kepada yang lebih kaya. Ia kemudian bingung dan berpikir meminta kepada yang lebih kaya.


"Orang yang terkenal kaya, ternyata juga meminta. Minta ke siapa kah? Lalu ada yang menjawab, ia minta ke Allah," katanya.


Setelah mengetahui si kaya berdoa kepada Allah, orang miskin tersebut kemudian berputar arah dan tidak jadi meminta bantuan ke orang kaya. Sambil berjalan pulang, ia berpikir, kalau orang kaya itu minta kepada Allah, yang mana Allah itu juga Tuhannya. Kenapa hal serupa tidak dilakukannya.


Si miskin kemudian berdoa kepada Yang Maha Kaya, memasrahkan hidupnya kepada pemilik sifat Al-Ghani yaitu Allah swt. Sejak saat itu, Allah menjadi tempat bersandar dalam kesulitan. 


"Tuhan yang dimintai oleh orang kaya, sebenarnya juga Tuhanku, pikirnya. Lalu orang miskin itu membatalkan niatnya meminta kepada orang kaya, dan beralih minta ke Allah. Ini tentu orang fakir yang cerdas," tandas Kiai Miftach.