Nasional

KH Miftachul Akhyar Tegaskan Pentingnya Memilih dan Memilah Teman Hidup

Sel, 30 Mei 2023 | 12:00 WIB

KH Miftachul Akhyar Tegaskan Pentingnya Memilih dan Memilah Teman Hidup

Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar. (Foto: tangkapan layar Youtube Multimedia KH Miftachul Akhyar)

Jakarta, NU Online

Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Miftachul Akhyar menjelaskan bahwa jika menginginkan bagian-bagian yang dianugerahkan oleh Allah kepada para kekasih Allah atau auliyaillah, maka harus bisa memilih dan memilah teman hidup.


"Maka itu tadi pesannya Ibnu Askandari yang diterjemahkan oleh Ibnu Abad kita harus bisa memilih dan memilah teman hidup ini. Jangan sembarang teman," ujarnya pada Ngaji Syarah Al-Hikam Pertemuan ke-35 diakses oleh NU Online di Channel YouTube Multimedia KH Miftachul Akhyar, Senin (29/5/2023).


Lebih lanjut Kiai Miftach menjelaskan bahwa hal tersebut dimaksudkan agar kira-kira ucapan dan perilakunya bisa membangkitkan gairah untuk semangat beribadah.


"Itu penting, bukan berarti kita memutus semua teman, nggak. Cari dan pilih mana kira teman-teman yang bisa membuat kita ada nilai tambah dalam kehidupan ini, jangan sampai mencari teman justru malah menjauhkan teman kita dari Allah. Itu yang diajarkan dan disampaikan oleh Ibnu As-Sakandari," imbuh Kiai Miftach.


Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya tersebut mengatakan bahwa untuk bisa mencapai makam-makam yang sampai kepada Allah swt, harus yakin caranya mulai sedikit demi sedikit melupakan kepentingan-kepentingan lain, kepentingan hanya untuk Allah.


"Kepentingan lain juga penting, bukan berarti, sebagaimana yang sering saya sampaikan bukan berarti meninggalkan dunia secara total, nggak, kerja tetap, nikah tetap, jangan terus ditinggal semua. Kita ini tugasnya pemakmur bumi, bagaimana bumi ini bisa makmur," ujarnya.


Kia Miftach menjelaskan bahwa sebagai pemakmur bumi, harus memikirkan bagaimana kesejahteraan yang diterima benar-benar sejahtera tanpa ada kezaliman, sejahtera yang membuat ketenangan, meskipun ketenangan majazi, bukan ketenangan haqiqi.


"Intinya bagaimana perintah semua itu bisa dilakukan, bisa dijalankan, perintah untuk masyarakat, kepentingan untuk masyarakat. Untuk taqarub kepada Allah, maka butuh orang yang tangguh, hamba yang handal, manusia-manusia yang tahan bantingan, maksudnya yang tidak pernah mengenal lelah. Lelah tetap ada, bosan tetap ada,.tetapi bagaimana kita menyingkirkannya, menundukkannya," pungkasnya.


Kontributor: Malik Ibnu Zaman

Editor: Fathoni Ahmad