Nasional

Kiai Malik Madani: Covid-19 Ingatkan Kita Makhluk Beragama

Jum, 9 Juli 2021 | 16:00 WIB

Jakarta, NU Online
Katib 'Aam PBNU 2010-2015, Prof Dr KH Abdul Malik Madani mengatakan, berdoa dalam rangka menghadapi pandemi Covid-19 sungguh sangat penting dilakukan. Ini sekaligus  menunjukkan bahwa kita benar-benar makhluk beragama. 


“Menghadapi makhluk tak kasat mata ini tidak hanya percaya kepada kemampuan lahiriyah manusia melalui berbagai program kesehatan berupa protokol kesehatan, pengobatan, dan lain sebagainya,” katanya saat didaulat memberi taushiyah dalam ‘Pray From Home’, doa bersama yang diinisiasi Balitbang Diklat Kementerian Agama secara virtual, Jumat (9/7/2021).


Baca juga: Balitbang Diklat Kemenag Undang Tiga Kiai NU dalam 'Pray From Home'


Akan tetapi, lanjut Kiai Malik, kita merasa bahwa kita membutuhkan Allah Ta'ala maka dilakukanlah spiritual seperti yang dilakukan pada siang hari ini. Hal ini untuk menunjukkan bahwa pandemi Covid 19 yang sekarang menerpa seluruh masyarakat di dunia tidak terlepas dari kehendak Allah Ta'ala.


Kiai Malik mengatakan, Allah SWT lah yang mengizinkan terjadinya pandemi Covid-19. Allah pula lah yang mampu dan kuasa untuk mencabut pandemi ini dari muka bumi. Kita lakukan ikhtiar spiritual seperti ini sekali lagi menunjukkan bahwa kita tidak sekadar berusaha secara fisik dan materi, berdasarkan kaidah-kaidah ilmu dan lain sebagainya.


“Akan tetapi, kita juga perlu memanjatkan doa. Apalagi kita sadar bahwa sebenarnya sehebat apapun makhluk yang bernama manusia di mata Allah Ta'ala, manusia ini diciptakan dan diskenariokan sebagai makhluk yang lemah,” terangnya.


Menurut Kiai Malik, manusia diciptakan dalam keadaan sebagai makhluk yang kecil. Makhluk yang dalam hal ini terbukti sekarang ini ketika manusia dibuat dunia jungkir balik lantaran adanya virus Covid-19.


“Dalam kesempatan ini saya tidak akan memberikan tausiyah. Saya cuma ingin memberikan testimoni tentang pengalaman kami di Yogyakarta. Khususnya mendengar dari berbagai kisah teman. Saya sendiri memiliki putri seorang dokter spesialis penyakit dalam, yakni konsultan psikosomatik yang bertugas di rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof Dr Sardjito. Anak saya ini bersuamikan seorang dokter spesialis paru yang bertugas di RS khusus paru DIY, yakni RS Respira,” ungkapnya.


Dalam tugas sehari-harinya, lanjut Kiai Malik, menantunya bertugas di berbagai rumah sakit. Karena keberadaannya sebagai spesialis paru yang sangat dekat dengan pandemi Covid-19, maka diangkatlah sebagai Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid.


“Karena kedudukannya seperti itu, maka wajar kalau dia sangat hati-hati dalam menerapkan protokol kesehatan, baik untuk dirinya maupun untuk orang tuanya yang sudah lansia seperti saya. Jadi, dia bilang tidak boleh begini tidak boleh begitu. Dan sekarang ternyata anak dan mantu saya yang sangat ketat dalam prokes terpapar Covid dan harus dirawat di RS akademik Universitas Gadjah Mada,” tuturnya.


Manusia miliki keterbatasan
Dari cerita ini, kata Kiai Malik, ia mengambil kesimpulan bahwa manusia memang tidak hebat seperti yang sering dikatakan. Manusia memiliki kelemahan dan keterbatasan. Oleh karena itu, tidak selayaknya manusia arogan dan takabur terhadap kehebatan dirinya.


“Akan tetapi, manusia hendaknya tahu diri seperti yang dibuktikan oleh adanya Covid-19 yang bisa menyerang siapa saja, termasuk mereka yang selama ini dianggap gagah perkasa berhadapan melawan Covid,” tegas Kiai Malik.


Kiai asal Madura ini kembali mengajak agar kita terus melakukan ikhtiar baik lahir maupun batin dalam rangka mengatasi pandemi Covid-19. “Kita berdoa kepada Allah sebagai upaya lahir harus kita lakukan. Itulah yang antara lain kita harus patuh pada protokol kesehatan yang telah digariskan oleh para pakar kedokteran dan ilmu kesehatan yang dilegalkan pemerintah,” tuturnya.


Menurut Kiai Malik, sangat tidak bijaksana jika masih ada sebagian dari kita yang menganggap Covid-19 sebagai rekayasa atau konspirasi. Padahal kenyataannya benar-benar wabah ini sampai di sekitar kita. 


“Dulu awal-awal, di kalangan masyarakat awam antara lain masyarakat di pulau tempat kelahiran saya, yakni Madura, hampir semua orang beranggapan ini rekayasa. Akan tetapi, setelah terbukti banyak saudara-saudari kita di sana yang terpapar dan bahkan fatal menjadi korban meninggal dunia, akhirnya sekarang banyak dari mereka yang benar-benar meyakini adanya wabah ini,” tandasnya.


Kiai Malik mendoakan pihak-pihak yang sampai hari ini masih belum percaya adanya Covid-19 sebagai pandemi mudah-mudahan segera diberi petunjuk oleh Allah, agar mereka tidak menjadi provokator bagi masyarakat untuk membangkang terhadap adanya kewajiban PPKM dan lain sebagainya.


“Mari kita berdoa kepada Allah Ta'ala mudah-mudahan Covid-19 ini segera sirna dari bumi Indonesia dan dunia pada umumnya. Dan orang tua kita, para kiai, para masyayikh dan saudara kita yang terlanjur menjadi korban semoga khusnul khatimah,” pungkasnya.


Pewarta: Musthofa Asrori
Editor: Kendi Setiawan