Nasional

Kiai Masdar Minta Pesantren Berinovasi tanpa Meninggalkan Kekhasannya

Sab, 14 November 2020 | 00:00 WIB

Kiai Masdar Minta Pesantren Berinovasi tanpa Meninggalkan Kekhasannya

Selain merujuk kepada keilmuan kiainya, pesantren juga dibangun di tanah kiainya, santri-santri hidup dengan dukungan kiainya. (Foto: dok NU Online)

Jakarta, NU Online
Di tengah-tengah perkembangan dan kemajuan termasuk dalam bidang pendidikan, pesantren dituntuk mampu beradaptasi, tanpa meninggalkan kekhasannya.

 

Kekhasan pesantren, menurut Direktur LP3M, KH Masdar Farid Mas’udi di antaranya karena pesantren sebagai institusi yang hanya ada di Indonesia. Pesantren-pesantren di Indonesia, utamanya di Jawa, menegaskan kiai sebagai modal utamanya. Maksudnya keilmuan sang kiai yang mengasuh pesantren, menjadi landasan apa yang diajarkan pesantren tersebut.

 

Ilmu-ilmu sang kiai, yang biasanya tertulis dalam kitab-kitab yang dihasilkannya, menjadi pegangan dalam pengajaran. "Ilmu yang diajarkan adalah ilmu kiainya, tata cara yang digunakan adalah tata cara kiainya, nama pesantren merujuk ke kiainya. Ini khas Nusantara," kata Kiai Masdar dalam Muktamar Pemikiran Santri Nusantara Seri Keempat.

 

Selain merujuk kepada keilmuan kiainya, pesantren juga biasanya dibangun di tanah kiainya, santri-santri hidup dengan dukungan kiainya. "Banyak pesantren yang santrinya tidak berbekal, yang penting mereka melakukan pengabdian yang tinggi dan tulus kepada kiainya, siap mewadahi apa yang disampaikan kiainya baik akhlak maupun keilmuan,” paparnya.

 

Lama kelamaan ada proses instusionalisasi. Ketika proses ini mulai berjalan maka pemerintah atau lembaga di luar pesantren mulai berperan. "Kemudian pesantren tidak hanya bertumpu pada ilmu kiainya, namun ilmu yang juga dikuasai pihak lain. Bahkan ketika sekarang pesantren tidak lagi bertumpu secara mutlak kepada kiai. Banyak pesantren sekarang yang tidak bertumpu pada kiai. Yang ada adalah direktur yang diangkat pemerintah atau yayasan," kata Kiai Masdar.

 

Kemudian, ilmu atau kurikulumnya disusun oleh pihak luar entah itu yayasan, pemeritah dan lainnya.

 

Semua pesantren pada mulanya mencita-citakan agar melahirkan ulama atau kiai yang dapat berkiprah di masyarakat. Dengan perkembangannya para alumninya tidak hanya menjadi kiai di masyarakat, tapi mengisi ruang-ruang birokrasi entah pemeribtah maupun lembaga lain.

 

"Ini tidak perlu disesalkan dan ditangisi ini adalah perkembangan. Kita tahu bahwa ilmu juga berkembang," kata Kiai Masdar.

 

Hal terpenting, kata Kia Masdar, pesantren tetap menjaga misi utama yakni kemaslahatan rakyat dan tidak terlalu terasing dari cara berpikir dan kebutuhan masyarakatnya.

 

Karena itu, harus ada kreativiats dari pesantren sekarang ini. Pengasuh, pembina pesantren dapat mengadopsi ilmu-ilmu sosial terkait dengan agama. Alumni juga dapat mengantisipasi untuk berkiprah di masyarakat. "Apa yang harus disiapkan agar alumni terserap di masyarakat," ujarnya

 

Adanya tantangan itu sekalius menjadi kesempatan bagi pesantren agar dapat berinovasi menyediakan ilmu engetahuan dan wawasan dari santrinya maupun keterampilan, agar sesuai dengan zaman yang terus maju.


Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Alhafiz Kurniawan