Nasional

Kiai Miftach Jelaskan Adab dan Faedah Jabat Tangan

Sen, 14 Agustus 2023 | 13:00 WIB

Kiai Miftach Jelaskan Adab dan Faedah Jabat Tangan

Rais 'Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar saat mengkaji Kitab Hadits Jami' As-Shogir. (Foto: Tangkapan layar Youtube Multimedia KH. Miftachul Akhyar)

Jakarta, NU Online 
Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar menjelaskan bahwa berjabatan tangan atau bersalaman memiliki faedah yang sangat besar, yaitu mendapat ampunan Allah swt. Demikian ini disampaikannya saat menerangkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Umamah Al-Bahlil, sebagaimana berikut:


إذا تصافحَ المُسلمانِ لَم تَفْرُقْ أكُفُّهُما حتَّى يُغْفَرَ لهُما

Artinya, "Tidaklah bersalaman dua orang Muslim dan tidak terlepas tangan keduanya melainkan dosa-dosanya telah diampuni oleh Allah swt."


"Hadits ini menerangkan bahwa jabat tangan itu masyru' atau diperintahkan, disyariatkan," katanya usia membacakan hadits di atas dalam majelis pengajian Kitab Hadits Jami' As-Shogir disiarkan kanal Youtube Multimedia KH. Miftachul Akhyar diakses NU Online, Ahad (14/8/2023).


Jabat tangan yang dimaksud dari hadits itu menurut Kiai Miftach, sapaannya, tentu masih dalam garis yang yang diatur oleh syariat, yakni dengan tetap memperhatikan batas kebolehan dan tidaknya berjabat tangan. Seperti bersalaman dengan sesama jenis, pasangan suami-istri atau dengan mahramnya.


"Laki sesama laki perempuan sesama perempuan, bisa laki dengan perempuan tapi mahram. Atau suami dengan istri, anak dan ibunya. Dengan saudara-saudaranya," urai Kiai Miftach.


Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya ini kemudian menjelaskan bahwa adab berjabat adalah saling memegang tangan dengan cukup lama, bukan sekadar mempertemukan ujung jari satu dengan yang lainnya, kemudian seketika itu juga dilepaskan.


"Jabatan tangan yang lama, lha ini dosa-dosanya rontok. Selama jabat tangan ini nempel, (dapat) pengampunan, maghfirah dari Allah swt," terang Kiai Miftach.


Dalam keseharian, jabat tangan menjadi sebuah tradisi tersendiri di berbagai kalangan Muslim, baik saat bertemu ataupun saat hendak berpisah. Hal ini sangat memberikan dampak positif dan patut untuk terus dijaga kelestariannya. 


"Luar biasa keistimewaan jabat tangan. Orang yang semula punya rasa marah, dengki, hasud ndak enak, (masalah) perasaan, kok ketemu tangannya, ya selesai," ungkap Kiai Miftach.


Dalam kesempatan ini, Kiai Miftach juga menjelaskan sebuah hadits dengan redaksi yang berbeda, bahwa adab saat berjabat tangan hendaknya disertai dengan kalimat-kalimat yang mengandung pujian kepada Allah dan istighfar, memohon ampunan Allah atas kesalahan yang telah dilakukan.


"Jabat tangan yang ada puji-pujian kepada Allah, ada istighfar mohon ampun kepada Allah swt. Jadi kalau jabat tangan ditambahi alhamdulillah, astagfirullah," ungkapnya.